PPDB

PENDIDIKAN..... SDN1KARANGSENTUL......BERILMU, BERKUALITAS, BERLANDASKAN IMAN ----------:SDN1Karangsentul.com......Informasi Pengetahuan Populer,dan Edukatif

X

...

Sabtu, 30 November 2013

Tetap Waras Di Jaman Edan



Pernahkah terbersit di benak Raden Ngabehi Ronggowarsito (1802-1874), pujangga keraton Surakarta, bahwa bait yang ditulisnya dalam kitab Kolotido tetap populer hingga saat ini. Dalam kitab itu beliau menuliskan sebuah kalimat pertamanya berbunyi : Amenangi Jaman Edan – “Mengalami Zaman Gila”. Dengan rasa ketakjuban tiba tiba saya teringat dengan penulis besar budaya Jawa yang diangkat menjadi pujangga keraton Surakarta oleh Susuhunan Pakubuwono ke-VII saat berusia 43 tahun itu.

Semuanya berawal dari berita santer mengenai rencana adu jotos seorang penasihat hukum dengan anak musisi tersohor. Selama dua hari saya membaca berita tersebut di harian Suara Merdeka 29-30 November. Tak habis pikir. Ketakjuban pada Ronggowarsito lebih kepada kondisi negeri ini seolah mirip dengan perenungan beliau tentang zaman gila. Padahal olah pikir tentang jaman edan ini terjadi lebih dari seratus lima puluh tahun lalu.

Bukankah suatu zaman sinting manakala seorang bapak mengijinkan, bahkan berniat memfasilitasi anak remajanya bertarung dengan orang dewasa. Bukankah jaman yang gendeng tatkala orang dewasa meladeni tantangan duel anak kecil berusia empat belas tahun. Menang ora kondang,kalah ngisin isini(Kalau menang tidak akan menaikkan martabat dan membuat tersohor, namun kalau kalah justru memalukan serta menurunkan martabat).


Gendeng,sinting, edan atau apapun istilahnya menjadi semakin gayeng (riuh) ketika seorang advokat malah menawarkan hadiah untuk pemenang “pertandingan” tinju itu.Untunglah ibu anak remaja itu masih waras dan berpikiran lurus, meminta maaf atas kelancangan anaknya. Walhasil baku jotos di ring tinju yang sedianya dilaksanakan 30 November itu batal digelar. Masih ada satu orang, yang saya yakin waras sewaras warasnya, yaitu ketua lembaga nasional yang mengurusi perlindungan anak. Ketua lembaga ini mengecam rencana adu jotos ini karena tidak mendidik, bahkan menanamkan kebencian pada anak.

Raden Ngabehi Ronggowarsito,lahir dan wafat, 14 Maret 1802 - 24 Desember 1873) Sumber Photo : jasyaro.blogspot.com
Ronggowarsito juga mempunyai karya lain berjudul Jokolodang. Karya ini juga memotret situasi tidak menyenangkan, keadaan gila. Contoh kongkritnya kita bisa melihat dalam kondisi sekarang. Mangsa lembaga anti korupsi yang tertangkap sungguh nyolong pethek (di luar dugaan). Dalam Jokolodang beliau mengatakan banyak orang yang baik dan luhur penampilan luarnya, namun sejatinya mereka jahat. Wong alim pulasan,njobo putih njero kuning-orang yang kealimannya seperti cat, di luar putih tetapi di dalam kuning.


Dalam sebuah obrolan lewat pengirim pesan BB, seorang kawan yang menjadi auditor selama tiga belas tahun pernah merumuskan bahwa 80% orang brengsek yang tertangkap saat audit selalu mengejutkan. Di luarprofile,begitu katanya. Yang tampak brengsek dan benar benar brengsek hanya 20% an kurang lebih.

Terakhir kali ketika teman ini menemukan penggelapan sekitar 100 juta di salah satu kantor cabang. Pelaku penggelapan inilah yang setiap pagi memimpin doa dan memperdengarkan cakram padat (CD) lagu rohani sepanjang hari. Keseringan menangkap orang yang alim pulasan, kawan ini menjadi tidak percaya pada simbol yang nampak. Di akhir obrolan, kawan ini menulis “jangan biasa melihat kulit, selalu gali lebih dalam”

Adakah lagi hal hal gila lain? Ingatlah perilaku edan seorang artis beberapa tahun yang lalu ?, Adegan panas mengantar artis ini ke penjara. Gara gara video pornonya dengan artis lain, tersebar luas. Melihat ke-edan-an itu semua orang bergumam “ e..ternyata”

Ronggowarsito kala itu tidak hanya mengemukakan penilaiannya tentang jaman edan, namun juga memberikan satu nasehat : Dilalah karso Allah,begjo begjone kang lali,luwih begjo,kang eling lan waspodo –“Tetapi sudah menjadi kehendak Tuhan,betapa beruntung pun orang yang lupa,masih lebih beruntung orang yang selalu ingat dan waspada”.

Petuah ini jelas sekali menunjukkan jalan selamat menjalani kehidupan di jaman gila. Pada awalnya para penilep uang negara itu mungkin dianggap khalayak sebagai orang “beruntung” (jawa:begjo) karena hidup berlimpah dan terhormat dalam strata sosial. Walaupun untuk keberlimpahan dan kehormatan itu mereka menempuh jalan salah. Pada saat terjerumus ke jalan salah itulah mereka “lupa” (jawa : lali). Lupa bahwa hidup selamat haruslah menempuh jalan yang benar.

Yang kita saksikan di media, orang orang yang menempuh jalan salah dan dianggap “beruntung” itu pada akhirnya menjadi pesakitan dan masuk bui.

Orang yang selalu ingat kepada sang Pencipta dan senantiasa waspada serta berhati hati menjalani kehidupan akan lebih beruntung daripada orang yang “lupa”. Hal ini sudah menjadi kehendak Tuhan, demikian menurut Ronggowarsito,

Semoga kita tidak termasuk orang orang seperti dalam seloroh ini,”Jaman Edan ,Sing Ora Edan Ora Kumanan (Jaman Edan, Yang Tidak Edan Tidak Kebagian)”

Ditulis Rikho Kusworo selesai jam 02.10 dini hari Minggu 01 Desember 2013.
sumber : http://sosbud.kompasiana.com/2013/12/01/tetap-waras-di-jaman-edan-614645.html

Tidak ada komentar: