PPDB

PENDIDIKAN..... SDN1KARANGSENTUL......BERILMU, BERKUALITAS, BERLANDASKAN IMAN ----------:SDN1Karangsentul.com......Informasi Pengetahuan Populer,dan Edukatif

X

...

Kamis, 04 Desember 2014

Sekolah yang Belum Siap Boleh Kembali ke KTSP

Sekolah-sekolah yang belum siap boleh kembali kepada Kurikulum 2006 atau KTSP (ilustrasi via indonesia mengajar)


Kurikulum 2013 (K-13) tidak akan diterapkan di semua sekolah seperti saat ini. Tidak seperti rencana awal, penerapan K-13 akan dibatasi kepada sekolah-sekolah yang sudah siap saja, sedangkan sekolah yang belum siap dapat kembali ke Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).

Hasil pertemuan tim evaluasi K-13 dengan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Rasyid Baswedan K-13 tetap dilanjutkan pada sekolah yang siap. Kemendikbud akan menyaring kesiapan sekolah berdasarkan sejumlah kriteria.

"Menteri minta supaya kita mengembangkan bagaimana kriteria siap untuk sekolah-sekolah yang akan melaksanakan Kurikulum 2013 karena opsinya melanjutkan tapi selektif, sambil membenahi," kata Ketua Tim Evaluasi K-13, Prof Suyanto yang SekolahDasar.Net kutip dari Berita Satu (03/12/2014).

Mendikbud mengizinkan sekolah-sekolah yang belum siap kembali kepada Kurikulum 2006 atau dikenal lebih dikenal KTSP. Menurut Suyanto, keputusan ini sama dengan implementasi K-13 pada tahap pertama tahun 2013 yaitu hanya diterapkan secara terbatas kepada "sekolah inti".

Prof. Hamid Hasan yang juga tim evaluasi K-13 mengatakan K-13 tetap dilanjutkan namun secara terbatas dengan menunjuk sekolah-sekolah prototipe atau sekolah model. Menurutnya, tim evaluasi masih menyiapkan kriteria sekolah yang dianggap siap untuk melaksanakan K-13. Salah satu kriterianya adalah akreditasi sekolah.

Sekolah prototipe terdiri dari sekolah-sekolah yang melaksanakan K-13 pada tahap pertama (tahun 2013), yaitu sebanyak 6.326 sekolah. Ditambah dengan sebagian sekolah pelaksana K-13 di tahap kedua (tahun 2014) yang dinilai sudah siap. 



Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2014/12/sekolah-yang-belum-siap-boleh-kembali-ke-ktsp.html#ixzz3KyriBdGb

Selasa, 02 Desember 2014

Kisah Sedih Mengharukan : Saksi Bisu Pengorbanan Seorang Guru SD

Sebuah rumah reyot berdiri di pinggir desa kecil ibu kota. Tak banyak kendaraan yang lewat. Paling-paling yang ada hanya becak dan angkutan umum kecil. Satu jam, satu angkot.

Rumah reyot itu keadaannya sudah lama tak terurus. Penghuninya sudah meninggalkan dia menuju ke ibu kota. Yang menjadi temannya adalah angin, burung-burung kecil yang berkicau juga suara deru mesin kendaraan bermotor ketika ada yang melintasi jalanan penuh batu. Dia merasa kesepian.

Tulisan ‘RUMAH DIJUAL’ yang tulisannya sudah hampir tak terbaca lagi itu tetap berdiri mendampinginya di bagian depan meski agak rapuh jua. Dia menanti tuannya yang baru. Dia terus menanti.. menanti.. sampai akhirnya penantian panjang itu membuahkan hasil.

Sebuah kendaraan bermotor terparkir di depan rumah. Awalnya, rumah pikir bahwa kendaraan bermotor itu adalah kendaraan yang hanya sekedar parkir karena mogok di jalanan. Tapi, ternyata tidak. Ia berusaha menilik kembali dari celah-celah rimbunnya dahan pepohonan tua yang menghalangi pemandangannya.

Nampak seorang wanita muda turun dari motor. Ia datang seorang diri dan perlahan-lahan mulai masuk ke dalam rumah. Ia juga membawa beberapa barang bawaannya masuk. Wanita itu sempat melihat-lihat pemandangan sekitar rumahnya. Beberapa saat kemudian, dia tersenyum. Lalu mencabut palang “Rumah Dijual”. Rumah tampak senang. Ia tersenyum.

Akhirnya, ia tidak lagi menjadi rumah tanpa penghuni. Pohon tua yang sudah lama menjadi temannya pun juga ikut senang. Terbukti dengan caranya yang menggoyang-goyangkan dahan.

Wanita itu mulai masuk ke dalam rumah dan menata semuanya dengan telaten. Hari itu juga, wanita muda yang belakangan ini diketahui oleh si rumah bernama, “Marina” Di dalam kamar tidur, Marina dengan bangga mengeluarkan seragam-seragam di depan almari. Rumah tahu, bahwa itu adalah seragam guru.

"Ternyata, penghuni baruku berprofesi sebagai guru," kata Rumah dalam batin.

Seringkali, Rumah merasa geli ketika dinding rumahnya disapu oleh Marina. Apalagi ketika dinding rumahnya tersentuh oleh kuas 
cat. Hampir saja ia tertawa. Tapi, berusaha ia tahan. Takutnya nanti, Marina malah mengira kalau suara tertawaan itu adalah suara tertawaan dari hantu.



Selama seminggu, Marina menghabiskan waktunya bersama Rumah. Karena memang Marina harus membenahi beberapa bagian Rumah yang rusak dan kotor. Marina merupakan orang yang telaten.

Beberapa foto keluarga mulai Marina pajang di dinding rumah. Entah kenapa, Marina nampak sedih ketika melihat semuanya.

Ya.. semuanya. Rumah melihat Marina meneteskan air mata perlahan-lahan. Siapa sebenarnya mereka yang ada di foto itu?

Rumah menjadi penasaran. Diam-diam, dia mengintip ketika Marina sedang menulis kisah hidupnya di buku diary . Rupanya, orang yang ada di foto Marina adalah keluarga Marina sendiri yang sudah meninggal. Mereka meninggal karena kecelakaan pesawat ketika ingin menyusul Marina yang secara sukarelawan sedang mengajar sekolah-sekolah terpencil di daerah Kalimantan. Rumah menjadi sedih. Ia tak sadar bahwa dinding rumah bagian dalamnya mulai basah. Ia menangis!

TES!!....

Beberapa tetes air mata Rumah terjatuh ke buku diary Marina. Marina baru sadar bahwa dinding rumahnya basah. Ia pikir saat itu rumahnya sedang bocor. Tapi, ketika ia melongok keluar jendela. Cuaca sedang sangat cerah. Marina menjadi bingung. Ia menjadi resah.

“Ini bocor karena apa, ya?” gumam Marina, sembari berlalu ke luar ramah untuk mencari beberapa ember atau tempat yang bisa digunakan untuk menampung air. Rumah baru sadar kalau ia menangis. Cepat-cepat, ia menghentikan tangisannya agar tidak merepotkan Marina. Bertambah lagi keheranan Marina.

“Kok tiba-tiba berhenti, sih?” Marina menatap dinding rumah juga atap rumahnya dengan seksama. Ia tidak jadi mengambil wadah. Karena itulah dia kembali ke kamarnya dan memutuskan untuk tidur.

***

Keesokan harinya, Marina terbangun lebih pagi dari yang biasanya. Ia bersiap dan mulai mengenakan seragam guru kebanggaanya. Rumah terlihat kaget ketika Marina sudah siap dengan pakaian rapi sepagi itu. Cepat-cepat, Marina keluar dari Rumah dan memakai sepeda motornya lalu pergi entah ke mana.

Rumah menjadi bingung dan itu terus berlanjut sampai seterusnya. Berangkat pagi, pulang sore. Tanda tanya memenuhi benak rumah. Setiap hari, Marina sibuk membaca buku pelajaran anak-anak SD. Dan, itu terus belanjut sampai 6 tahun.

Marina mulai sering jatuh sakit sehingga memaksanya untuk tetap beristirahat di rumah. Ketika pada suatu hari, banyak sekali anak berpakaian SD pula yang berbondong-bondong datang ke rumah Marina. Mereka meminta supaya Marina mengajar mereka sebagai persiapan untuk Ujian Nasional. Tentu saja Mariana setuju. Marina menyambutnya dengan tangan terbuka dan senyuman yang lebar.

Untung, di rumahnya, ia menyediakan papan tulis hitam besar untuk mengajar murid-muridnya yang sebentar lagi akan menghadapi Ujian Nasional. Ujian yang harus dihadapi oleh seluruh siswa yang berada pada tingkatan kelas terakhir suatu jenjang pendidikan tertentu untuk melanjutkan ke jenjang pendidikannya yang berikutnya.

Sesekali, Marina membuat lelucon agar suasana pengajarannya tidak terlalu tegang sehingga terdengar suara tertawaan riang dari Marina dan juga anak-anak SD.

Dengan sabar, Marina mengajar mereka. Walaupun sekarang keadaannya sedang tidak sehat. Ia berusaha ceria dan sabar menanggapi murid-muridnya yang sering bertanya. Kegiatan rutin itu terus Marina lakukan sampai akhirnya murid didikannya menjalani ujian.

Di rumah, Marina tidak hanya berdiam diri. Ia terus memanjatkan doa kepada Tuhan supaya murid-murid didikannya dapat berhasil. Sampai pada suatu saat, hasil kelulusan pun tiba. Marina di beritahu bahwa semua murid didikannya berhasil lulus 100% dengan nilai yang memuaskan dan mendapat beasiswa untuk sekolah di kota. Di saat itulah, Rumah pertama kalinya melihat Marina tersenyum lepas tak seperti biasanya. Ia sangat bahagiaaaaa… sekali. Akhirnya, anak SD didikannya yang sudah 6 tahun ia ajar dapat berhasil.

Dua hari berikutnya, ketika pelepasan murid akan dilaksanakan. Marina ingin sekali datang. Namun, sayang… Keadaannya yang masih lemah memaksanya untuk tetap di rumah. Untunglah, ada salah seorang guru yang berbaik hati memberikan kaset rekaman video ketika acara pelepasan siswa SD itu dilaksanakan. Sekali lagi, Marina tersenyum bahagia ketika melihat wajah-wajah murid didikannya yang berseri ketika sedang menerima ijazah. Dan, video itu sempat Marina putar sampai berulang-ulang kali.

“Tidak ada yang lebih membahagiakan bagi seorang guru kecuali ketika melihat murid didiknya sukses dan berprestasi,” katanya, masih tetap menyunggingkan senyum.

***

Berpuluh-puluh tahun kemudian…

Marina menginjak usianya yang ke-60 tahun. Tubuhnya semakin renta. Apalagi setelah ia divonis mengidap stroke dan harus segera di bawa ke rumah sakit kota. Ia sekarang hidup sendiri setelah pensiunannya dari guru. Ketika pada suatu hari, Marina menyalakan televisi, ia melihat berita mengenai salah seorang murid yang pernah ia ajar dulu.. Bernama, “Kharina Septiani” yang sekarang telah menjadi salah satu pengusaha terkenal di Indonesia. Dan, untuk yang ketiga kalinya, Rumah melihat Marina tersenyum bahagia. Lebih bahagia dari yang sebelum-sebelumnya.

“Akhirnya, murid didikku menjadi orang sukses,” gumamnya.

Semakin lama, tubuh Marina semakin lemah. Sementara ia harus mengurus hidupnya sendirian. Ia hanya mengharapkan bantuan dari tetangga yang mengasihaninya dan mau berjalan jauh untuk pergi mengurus Marina. Rumah menjadi geram ketika melihat bahwa tidak ada murid-muridnya satu pun yang sekarang telah menjadi orang sukses datang menjenguk guru yang telah ikhlas mengajarnya.

Kalau ia adalah manusia, ia pasti akan sangat bersyukur kalau ia mendapatkan guru seperti Marina. Hingga pada akhirnya, Marina meninggal….Muridnya tetap tidak ada yang menjenguknya. Rumah sedih… Ia ingat akan kata terakhir yang Marina ucapkan sebelum meninggal, “Jiwaku boleh mati. Tapi, jasaku akan abadi.”

http://bobo.kidnesia.com/Bobo/Klinik-Cerita/Cerita-Kamu/Saksi-Bisu-Pengorbanan-Seorang-Guru

Senin, 01 Desember 2014

Kisah Guru Honorer, Takut Dipecat Hingga Sedih Saat Gajian



"Jadi guru jujur berbakti memang makan hati." Itulah sepenggal bait lagu Iwan Fals yang berjudul 'Oemar Bakri'. Sebuah kalimat yang ternyata mewakili perasaan guru honorer di salah satu sekolah di Jakarta Utara.

Adalah Mahmud (54), Guru Agama di sebuah SMA  yang mengaku di masa pengabdiannya selama 20 tahun lebih belum juga diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS).

"Saya mengajar dari tahun 1990 sampai sekarang. Seingat saya sudah lebih dari 3 kali saya ikut CPNS. Berkas sih masuk (lulus), masa kerja juga, tapi nggak tahu apa lagi pertimbangannya," kata Mahmud saat berbincang dengan Liputan6.com di Jakarta Utara, Senin (25/11/2013).

Konsistensi dirinya mengabdi tidak pernah tanggung-tanggung dalam mencurahkan waktunya untuk pendidikan. Itu terbukti dari 20 tahun lebih masa pengabdiannya. 

Namun, dia merasa belum mendapat perhatian yang setimpal dari pemerintah. Sebab, di masa usianya sekarang ia belum juga diangkat PNS. "Kalau besok diterima saya juga tinggal punya waktu 6 tahun lagi untuk ngajar," ujar Mahmud.

Tak hanya sampai di situ, perasaan sedih Mahmud juga muncul saat dirinya merasakan mendapat intimidasi dari pihak sekolah ataupun sesama guru. Hal itu didapati dalam susunan kepegawaian dirinya yang tidak tercantum di sekolah.

"Guru honorer itu rasanya agak ngerasa nggak diutamakan. Selama ngajar belum pernah jadi walikelas karena saya masih honorer. Dalam susunan guru ataupun foto saya juga nggak ada," terang Mahmud.

Selain itu, dalam setiap harinya, bapak 3 anak itu terus diselimuti rasa ketakutan dikeluarkan pihak sekolah. Namun, hal itu menurutnya tidak menjadikan dirinya berkecil hati. Bahkan dirinya bertekad akan terus mengajar hingga akhir hayat.

"Saya takut saja dikeluarin dari kontrak saya 2 tahun lagi ngajar. Tapi jangan suka ngeluh saja kuncinya. Ikhlas saja biar saya hanya bawa uang 10 ribu tiap hari. Yang penting saya ngajar jangan dikeluarin sampai akhir hayat," jelas Mahmud.

Terakhir, hal yang tidak dapat dihindari sewaktu dirinya harus melihat slip gaji yang keluar tidak berbarengan dengan gaji. Mirisnya lagi, dirinya mengaku harus menyaksikan teman guru yang sudah PNS menerima banyak tunjangan yang pastinya menjadikan nilai nominal gajinya lebih tinggi.

"Sedih waktu nerima gaji saja tok. Gaji saya, mmhh.... .Mereka (guru PNS) dapat sertifikasi, nah kita kadang molor dan nggak tentu lagi gajinya," pungkas Mahmud. (Mut/Ism)

http://news.liputan6.com/read/755915/kisah-guru-honorer-takut-dipecat-hingga-sedih-saat-gajian

Cerita Sedih Seorang Guru



Saya seorang ibu dan seorang guru di sebuah sekolah pinggiran di kota Karanganyar..
Menjadi seorang guru awalnya bukan cita-citaku, tapi setelah bertahun-tahun menekuninya akhirnya Aku menjadi “jatuh cinta” bahkan menurut suami , Aku terlalu menghayati peran menjadi seorang guru. Inilah ceritaku yang membuat hati sedih bahkan kadang menangis…

Di tahun 2004 , waktu itu masih bulan September , Aku baru mulai mengenal beberapa siswa Kelas X yang kuajar.. dari beberapa siswa itu sebut saja Anan yang menarik hati ini karena berpenampilan rapi, ganteng, pinter dan aktif di kelas. Suatu hari saat mengajar di kelas X 1, kelas yang letaknya bersebelahan dengan kelas X2 kelas Anan. Aku terkejut ketika tiba-tiba banyak siswa perempuan yang menjerit dan menangis. Dengan penuh tanda tanya ku hampiri mereka. Masih dengan rambut basah dan wajah sembab seorang siswa perempuan bercerita bahwa Anan tenggelam di kolam renang. Deg ! sebuah palu besar seperti menghantam dada ini. Tak sanggup menghadapi jeritan murid-murid perempuan Aku menuju ke kantor guru. Di ruang ini beberapa guru sudah berkumpul membicarakan peristiwa itu. Ternyata benar . Hari itu di kelas X2 jam 1-2 pelajaran Penjaskes dan sedang praktek renang di kolam renang kota .Seluruh siswa mengikuti kegiatan itu. Dan ternyata Anan menyembunyikan penyakit rahasianya AYAN. Barangkali ia malu kepada teman-temannya bila harus mengakui penyakitnya. Sebenarnya Anan sudah meminta kepada pakdenya untuk mendampingi . Tetapi.. .takdir memang tidak bisa dilawan. Akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya di kolam renang. Yang paling shock tentu saja adalah guru penjaskes sekolah kami. Sampai saat ini sang guru tidak berani mengajar kompetensi renang. Setiap kali materi renang bapak guru tersebut selalu meminta tolong kepada sesama rekan guru penjaskes. Sehari kemudian kami semua melayat dan menghantarkan Anan ke pemakaman. Belum banyak guru yang mengenal dan mengingatnya karena baru dua bulan ia menjadi siswa di SMA kami. Tapi Aku sangat mengingatnya. Aku meneteskan air mata saat ulangan di kelas X2 kubagikan . Nilai sempurna miliknya, “1o “terasa menjadi salam perpisahan yang pahit . Itulah kali pertama Aku menangis untuk seorang anak didik .

Tangis yang kedua adalah saat melepas seorang murid yang menjadi tanggung jawab sebagai wali kelas mengundurkan diri/ keluar dari sekolah. Tiap tahun selalu ada kasus siswa yang terpaksa keluar . Karena kekurangan biaya, karena hamil dan karena menghamili. Yang terakhir inilah yang terjadi pada Beni sebut saja begitu . Sejak awal duduk di kelas XI Ips, ia sudah terlihat murung. Beberapa kali disinggung ia hanya menghindar dengan mengatakan ia mempunyai masalah keluarga. Sungguh sangat kaget ketika suatu hari seorang teman guru menceritakan peristiwa yang sebenarnya telah terjadi. Akibat pergaulan bebas atau akibat kebodohannya ia harus bertanggung jawab terhadap kehamilan seorang gadis. Ia sebenarnya tidak yakin bila ia yang telah menabur benih di rahim si gadis . Menurut penuturannya si gadis telah melakukan hubungan bebas dengan beberapa lelaki tidak hanya dengannya. Karena tidak bisa mengelak Beni harus menghadapi sidang tuntutan orang tua si gadis dan akhirnya harus menikah. Dengan menangis Beni menyatakan keinginannya untuk tetap bisa sekolah. Tapi.. sudah menjadi kebijakan sekolah kami bahwa siswa yang terbukti melakukan seks bebas tidak diperkenankan terus bersekolah.. yah.. dengan berat hati , saya dan guru BP harus mengembalikan Beni kepada Ibunya yang hanya seorang buruh cuci. Sebenarnya hati kecilku ingin memberontak . Bila siswa dipaksa putus sekolah karena kesalahannya bagaimana masa depan mereka. Beni telah merasakan akibat dari kesalahannya. Hukuman sosial sudah cukup berat ia terima. SMS terakhir darinya berbunyi ” Bu, doakan saya biar kuat menghadapi cobaan ini. doakan saya ya Bu ” . Kali ini aku tidak sampai menitikkan air mata, hanya hati ini kembali terluka. Sedih. Tak mampu menolongnya tetap sekolah. Masih banyak cerita sedihku .Inilah yang terekam di otak:

Tumpukan Ijazah SMA yang tidak diambil oleh pemiliknya di ruang arsip menjadi saksi bahwa kemiskinan masih menjadi sahabat orang tua anak-anak SMA . Puluhan anak pandai harus menerima nasib bahwa esok tak akan mampu melanjutkan ke perguruan tinggi. Daftar tagihan SPP yang panjang saat penerimaan rapor adalah pil pahit yang harus aku telan setiap kali penerimaan rapor. Menjadi guru di sekolah pinggiran memang akrab dengan kata kemiskinan dan perjuangan. Kepada siapa kuadukan cerita sedih ini ?? Biarlah kubagi sedikit kepada teman-teman….

http://fiksi.kompasiana.com/prosa/2011/04/30/cerita-sedih-seorang-guru-361016.html

KISAH SEDIH SEORANG MURID

(tersentuh hati saya membacanya)

Saya adalah seorang guru disekolah dasar, saya mengajar di jam sore hari. Salah seorang murid saya setiap hari datang terlambat ke sekolah. Tas dan bajunya selalu kotor. Setiap kali saya bertanya tentang baju dan tasnya dia hanya terdiam. Saya masih bersabar dengan keadaan pakaiannya.

Tetapi kesabaran saya benar-benar diuji dengan sikapnya yang setiap hari datang terlambat. Pada mulanya saya hanya memberi nasehat. Dia hanya menundukkan kepala tanpa berkata-kata kecuali anggukan yang seolah-olah dipaksakan.

Kali kedua saya memarahinya, dia masih jugamengangguk tetapi masih jugadatang terlambat keesokan harinya.

Kali ketiga, saya terpaksa menjalankan janji saya untuk memukulnya kalau masih terlambat. Anehnya dia hanya menyerahkan punggungnya untuk dipukul. Air matanya saja yang berjatuhan tanpa berucap sepatah katapun dari mulutnya.

Keesokan harinya dia masih juga terlambat, dan saya memukulnya lagi. Namun ia masih tetap dang
ke sekolah dan masih tetap datang terlambat.
Suatu hari saya berencana untuk menyelidikinya ke rumahnya.

Setelah mendapat alamatnya, saya melanjutkan niat saya. Dia tinggal di sebuah kawasan bukit yang
tidak begitu jauh dari sekolah.

Keadaan rumahnya sungguh sangat sederhana, bahkan bisa dikatakan tidak layak huni.

Saya melihat murid saya itu sedang berdiri di depan rumahnya dalam keadaan gelisah. Seorang
wanita yang mungkin ibunya juga kelihatan. Kurang lebih pukul 1.30 siang, seorang anak lelaki sedang berlari-lari sekuat tenaga menuju rumah itu. Sambil berlari dia membuka baju sekolahnya. Sampai di depan rumah, baju dan tasnya diserahkan kepada murid saya yang langsung bergegas
memakainya. Sebelum pakaian sekolahnya sempurna dikenakan, dia sudah berlari ke arah sekolah.

Saya kembali ke sekolah dengan penuh penyesalan. Saya memanggil anak itu sambil menahan air mata yang mulai tergenang. "Maafkan ibu. Tadi ibu pergi ke rumah kamu dan memperhatikan kamu dari kejauhan. Siapa yang berlari memberi kamu baju tadi?"

Dia terkejut dan wajahnya berubah. "Itu kakak saya. Kami bergantian baju dan tas sebabtidak ada baju lain lagi. Hanya baju dan tas itu yang ada. Maafkan saya, ibu." jawabnya.
"Kenapa kamu tidak memberitahu ibu dan kenapa kamu biarkan saja ketika ibu memukul kamu?"
"Ibu saya berpesan, jangan meminta-minta pada orang, jangan ceritakan kemiskinan kita pada orang. Kalau ibu guru mau memukul, serahkan saja punggungkamu."

Sambil menahan air mata yang mulai berguguran, saya memeluk anak itu, "Maaf ibu..." Kejadian itu
cukup menyadarkan saya. Setelah itu saya mencoba membantunya
sekuat yang aku mampu.

Dipetik dari pengalaman seorang guru.

Semoga bisa jadi bahan renungan kita bersama, untuk terus bersyukur atas apa yg kita miliki saat ini..

https://www.facebook.com/pskh.lovers/posts/480227408723710

Moratorium CPNS Tak Berlaku Pada Guru Honorer



Guru honorer atau guru tidak tetap minim perhatian pemerintah (foto: Tribunnews)


Moratorium atau penghentian sementara penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) tidak berlaku pada guru-guru honorer. Hal ini dikatakan oleh Menterian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Yuddy Chrisnandi di Gedung KPK, Jakarta. 

"Jadi guru honorer, calon-calon PNS yang sedang tes itu bukan sesuatu yang menakutkan. Jadi tenang-tenang saja," kata Yuddy yang SekolahDasar.Net kutip dari Viva (05/11/2014).

Kemenpan-RB masih mengkaji rencana moratorium untuk melihat apakah penerimaan CPNS itu efektif atau tidak. Selain itu menurut Yuddy, moratorium juga dilakukan untuk menekan anggaran biaya belanja pegawai yang saat ini sudah termasuk besar.

"Kita sedang lakukan audit internal, audit organisasi di seluruh Kementerian dan lakukan analisis beban pekerjaan di setiap unit organisasi pemerintahan, dari situ akan kita tahu berapa angkanya yang paling pas," kata Yuddy.

Selama ini guru honorer diandalkan sekolah untuk memenuhi kekurangan guru. Hampir 34 persen guru SD di Indonesia adalah guru honorer. Meskipun demikian, guru honorer atau guru tidak tetap ini minim perhatian pemerintah.

Banyak guru honorer yang digaji rendah, jauh di bawah Upah Minimum Regional (UMR). Mereka juga tidak diberi kesempatan mengikuti program sertifikasi guru untuk memperoleh tunjangan profesi. 


Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2014/11/moratorium-cpns-tak-berlaku-pada-guru-honorer.html#ixzz3KhSDBA5p

Penerimaan CPNS Formasi Guru Tetap Dibuka



Pemerintah masih tetap membuka penerimaan CPNS untuk formasi tenaga pendidik (ilustrasi via liputan6)


Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN dan RB) akan menghentikan sementara atau moratorium penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS). Namun, MenPAN RB Yuddy Chrisnand mengatakan untuk formasi tenaga pendidik (guru) tetap dibuka.

"Jadi guru-guru dan tenaga medis tenang saja. Guru-guru tetap ada, tenaga medis tetap ada. Tetapi, yang sudah ada (rekrut CPNS) tetap misalnya ada testnya, ya terus," kata Yuddy yang SekolahDasar.Net kutip dari Merdeka (01/11/2014).

Pemerintahan Jokowi-JK masih mengkaji ulang penerimaan CPNS. Kebijakan moratorium penerimaan CPNS dimulai tahun depan sampai lima tahun. Alasannya, penambahan PNS hanya akan menambah beban negara dari belanja pegawai yang setiap tahun mengalami kenaikan.

"Ini kan menambah beban negara. Banyaknya obligasi yang dijual, utang di negara lain, lalu ratusan triliun subsidi yang besar. Ini kan bakal menambah belanja pegawai. Makanya, ini masih dikaji ulang lagi," kata Yuddy.

Berdasarkan data dari Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Indonesia masih kekurangan sebanyak 400.000 orang guru SD. Ledakan pensiun atau pensiun guru dalam jumlah besar diperkirakan akan berlangsung sampai 2020. 

Saat ini dari total jumlah guru di bawah Kemendikbud yang mencapai 2,9 juta orang, sebanyak satu juta orang di antaranya adalah guru honorer. Untuk memenuhi kekurangan guru, sekolah masih mengandalkan guru honorer. 


Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2014/11/penerimaan-cpns-formasi-guru-tetap-dibuka.html#ixzz3KhRfoHAE

Upah Minimum Akan Diberlakukan Untuk Guru


Upah minimum itu akan diberlakukan untuk guru dengan status guru honorer.


Mendikbud Anies Baswedan ingin mensejahterakan guru honorer dengan menerapkan upah minimum, sehingga tidak ada lagi semisal guru yang digaji Rp 150 ribu. Selain itu, dalam peringatan hari guru hari ini (25/11/2014), Anies mengatakan ingin memperjelas status kepegawaian guru tidak tetap itu.

"Kita harus bereskan status kepegawaian, masih banyak masalah. Sudah begitu statusnya belum jelas, gajinya rendah pula. Tenaga kerja saja punya upah minimum, guru nggak ada upah minimum," kata Anies yang SekolahDasar.Net kutip dari Detik (20/11/2014).

Pihaknya bersama Kementerian PAN RB telah mulai membicarakan masalah ini. Upah guru yang minim menjadi salah satu dari banyak masalah pendidikan yang harus diselesaikan pemerintah. Dengan gaji di bawah upah minimum, guru tidak dapat mengajar dengan tenang.

"Ada solusinya dalam waktu dekat. Kemarin saya sudah bicara dengan Menpan, bahwa kita harus tetapkan batas. Sehingga gaji guru jangan sampai Rp 150 ribu, Rp 200 ribu, basa-basi itu, bukan gaji itu. Jadi kita harus ubah," kata Anies.

Upah minimum itu menurut Anies akan diberlakukan bagi guru dengan status kontrak atau honorer. Pasalnya, guru honorer tidak ada pagu anggarannya. Sementara guru yang sudah berstatus PNS telah memiliki pagunya sehingga tinggal mengikuti aturan yang ada.

Untuk memenuhi kekurangan guru, pihak sekolah mengandalkan guru honorer. Selama ini gaji guru honorer diambilkan dari dana Bantuan Operasioanl Sekolah (BOS). Untuk mencukupi kebutuhannya, banyak honorer yang berusaha mencari penghasilan tambahan. 

Guru honorer yang mengajar di sekolah negeri bahkan minim perhatian dari pemerintah. Salah satunya tidak diberi kesempatan untuk mengikuti sertifikasi guru untuk mendapatkan tunjangan profesi. Meski mereka memiliki beban mengajar yang sama seperti guru PNS atau guru di sekolah swasta. 

Guru Honorer Digaji Minimal Rp 2 Juta per Bulan


Guru honorer berharap bisa mendapatkan kesejahteraan yang setara sepertihalnya standar UMK dan UMR.

Rencana Mendikbud Anies Baswedan meningkatkan kesejahteraan guru honorer dengan menerapkan upah minimum disambut baik. Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Kota Tasikmalaya mengajukan usulan agar para guru honorer mendapatkan gaji minimal Rp 2 juta per bulan.

"Penghasilan minimal guru itu Rp 2 juta, jadi ya kita harapkan Rp 2 juta gaji untuk honorer itu,” kata Ketua PGRI Kota Tasikmalaya Bambang Alamsyah yang SekolahDasar.Net lansir dari JPNN (28/11/2014).

Taraf hidup guru honorer sangat menghawatirkan. Mereka hidup jauh dari kelayakan. Menurut Bamabang, sekarang ini guru honorer kebanyakan digaji hanya Rp 200 ribu sampai Rp 450 ribu per bulan. Dengan gaji minimal 2 juta diharapkan bisa perbaikan kesejahteraan guru honorer.

Sementara itu, Sekretaris Komunitas Tenaga Sukwan Indonesia (KTSI) Kabupaten Tasikmalaya Dadan Lutfi Ansahari menyambut gembira wacana menggaji para guru honorer lebih besar dari upah saat ini

Dia ingin besarnya gaji untuk guru honorer yang ditetapkan pemerintah bisa disesuaikan dengan kebutuhan hidup layak, sepertihalnya upah minimum untuk para pekerja perusahaan. Para guru honorer berharap bisa mendapatkan kesejahteraan yang setara dengan UMK dan UMR.

Jika penetapan upah minimum bagi guru honorer itu bisa benar-benar terealisasi, hal itu membuktikan bahwa pemerintah memang memiliki kepedulian terhadap guru honorer. Keberadaan guru honorer itu berawal dari kebutuhan guru di berbagai sekolah. Guru honorer selama ini telah membantu menyukseskan program pemerintah.