PPDB

PENDIDIKAN..... SDN1KARANGSENTUL......BERILMU, BERKUALITAS, BERLANDASKAN IMAN ----------:SDN1Karangsentul.com......Informasi Pengetahuan Populer,dan Edukatif

X

...

Rabu, 29 Mei 2013

Di Surga Tak Ada Kematian

PUISI IN MEMORIUM  Putra bungsu Ketua Umum Partai Hanura Wiranto, Zaenal Nur' Rizki  yang berjudul  Cinta dan Kematian.

Cinta karena harta..?
Toh nanti juga bakal habis
Cinta karena tampang..?
Manusia suatu saat akan termakan usia..!
Cinta karna dia apa adanya..? 
Hey, tak ada yang hidup selamanya. 
Cinta karna Allah SWT
Baru cinta yang kekal dan abadi
Terhalang oleh harta..? 
Insya Allah akan di cukupkan
Terhalang oleh umur..? 
Iman tak melihat umur.. 
Terhalang oleh maut ? 
Di surga tak ada kematian.


Puisi lainnya adalah:

Allah Ta'ala berikan dua mata agar yang kanan melihat kebaikan orang lain dan yang kiri agar melihat keburukan diri sendiri. 

Dua tangan agar yang kanan untuk membatu orang lain dan yang kiri untuk melindungi segala yang di sayangi 

Dua kaki agar yang kanan melangkah menuju surga, dan yang kiri menginjak hawa nafsu, 

Dan..satu hati agar mencintai Allah sendiri.

http://news.okezone.com/read/2013/05/30/337/814763/putra-wiranto-di-surga-tak-ada-kematian

Kisah Pilu: Kisah Kakek Penjual Tali Sepatu

Kisah Inspiratif tentang kakek penjual tali sepatu yang tidak mengeluh akan sulitnya menjalani hidup ini adalah sebuah tulisan dari note fesbuk yang direpost di kaskus. Penulis aslinya adalah seorang mahasiswa Unpad bernama Andre Daryanto. Marik kita simak pengalaman spiritual Andre bertemu dengan Kakek Penjual Tali Sepatu.

Kisah Kakek Penjual Tali SepatuNama saya Andre, saya mahasiswa Jurusan Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik,Universitas Padjadjaran, duduk di bangku semester 3, setiap pagi saya melangkahkan kaki dengan pasti menuju kampus yang terletak tidak begitu jauh dari rumah kontrakan saya , pagi penuh semangat membara seorang pejuang kecil yang bercita cita ingin mengubah dunia, ya impian kecil yang tidak mustahil kan sobat ? 

Satu setengah tahun, sudah saya lalui setiap hari menelusuri jalan yang sama menuju kampus, setiap pagi, wajah wajah mahasiswa penuh ambisi lalu lalang seakan melangkah tanpa beban, pun tanpa melengok ke lingkungan sekitar, ya mungkin ada satu atau dua orang yang menyadari , bahwa di sepanjang jalan yang dilalui, begitu banyak pemandangan yang menyayat hati, ya, menyayat hati bagi yang masih punya hati, ibu ibu duduk lesu menggendong anak yang haus akan susu, bapak bapak tua, lumpuh tanpa bisa mengeluh , kakek kakek yang bergolek di tengah teriknya matahari di jatinangor ini ,tapi itu seakan sudah menjadi pemandangan yang lumrah , "lumrah ? " 

Saya mulai ragu akan eksistensi teman teman saya yang bernama mahasiswa, yang dengan bangga mereka menyebut diri masing masing sebagai agen perubahan, namun menanggapi hal yang setiap hari mereka , anda, bahkan saya lihat, malah di sebut pemandangan yang lumrah, miris memang, tapi inilah dunia KEJAM.

Satu sosok yang amat saya soroti, setiap pagi, setiap hari, seakan tak pernah bosan, duduk seorang pria tua, yang umurnya sudah lebih dari separuh baya, duduk termenung melamun memandangi daganganya yang tak laku laku, bapak itu setiap hari menjajalkan tali sepatu, dan sekali sekali menjual koran koran di pagi hari. Sungguh pemandangan yang menyayat hati. Kehadiran bapak tua dengan dagangannya yang tidak laku-laku itu menimbulkan rasa iba. Siapa sih yang mau membeli tali sepatunya itu? teman teman mahasiswa hanya lewat tak memperhatikan, bahkan hanya sekedar menawar barang dagangan si kakek tua, masyaallah, Lalu lalang orang yang bergegas menuju kampus seolah tidak mempedulikan kehadiran kakektua itu.

Kemarin setelah pulang dari kampus, saya melihat kakek tua itu sedang duduk termenung menatapi daganganya, saya sudah berniat akan membeli tali sepatu itu walaupun saya tidak begitu membutuhkanya, saya menghampiri kakek tadi, menanyakan berapa harga tali sepatu yang beliau tawarkan "lima ribu cep" mau beli yang warna apa ? oh syukurlah ternyata masih ada yang mau beli dagangan bapak " sahutnya penuh lirih, oh tuhan, harga sepasang tali sepatu beliau jual hanya dengan harga 5 ribu, mengambil untung hanya seribu rupiah dari orang yang menjual kepada beliau, sontak darah saya berdesir cepat, seakan butiran airmata tak tahan ingin menghujat keluar, betapa tidak, seribu rupiah, itu hanya bisa membeli sebuah "gehu" pedas yang di jajalkan di pinggir pinggir jalan, dengan sekuat hati saya tahan perasaan iba," saya beli 2 pasang ya kek "


Kakek tersebut terlihat sangat senang, karena akhirnya, setelah dari subuh menjajalkan daganganya, baru pada pukul 2 siang saya orang pertama membeli dagangan beliau, saya mengeluarkan uang 20 ribu, beliau berkata," ga ada kembalianya kakek mah nak", jawab kakek. "oh ga apa apa kek, ambil saja kembalianya, dari saya" Lalu saya bertanya kembali, mengapa beliau dengan usia yang sudah lanjut, dan seharusnya sudah duduk diam di rumah menikmati sisa sisa umur beliau, malah masih bekerja keras membanting tulang, dari pagi hingga petang, menjajalkan koran dan tali sepatu di lingkungan unpad tersebut? tanya saya kepada beliau, dengan suara yang tertatih tatih beliau menjawab" yah, mau gimana lagi nak, inilah dunia, mungkin allah belum meridoi saya kalau saya masih malas malasan, saya punya anak di rumah di garut 12 orang, 5 orang sudah berkeluarga dan pergi jauh meninggalkan kehidupan mereka yang serba berkekurangan, masih ada 7 orang lagi anak saya yang masih duduk di bangku sma dan smp, ga mungkin saya hanya duduk diam, sementara kaki saya masih kuat berjalan."
Mendengar hal itu, sontak saya menahan pekik yang begitu menyerang ke hati yang paling dalam, saya tak kuasa melihat kepedihan dan ketegaran seorang kakek yang dimasa tuanya masih berjuang demi menghidupi keluarganya .. "Lalu , disini kakek tinggal dimana? dan pulang berapa minggu sekali ke garut kek?" tanyaku lirih, "Kakek tinggal di musholla di sebelah sekre mahasiswa, kakek numpang tinggal disana, sekaligus membantu membersihkanya, karena ga ada yang ngerawatnya, oleh UNPAD kakek g di terima menjadi karyawannya, karena umur kakek udah terlalu tua, padahal kakek berharap sekali dapet uang dari menjadi karyawan untuk membersihkan musholla ini" imbuhnya, " kakek biasanya pulang ga menentu waktunya, asalkan kakek udah bisa membeli beras 20 kg, baru kakek pulang, itu biasanya sekitar 2 minggu mengumpulkan uang untuk membeli beras itu buat di bawa pulang ke garut" katanya 

Allahuakbar ,, demi keluarga tercinta, beliau rela tidur di musholla yang dingin sendiri, ditemani kesepian yang teramat mendalam , dan kerinduan akan menghabiskan hidup tenang, demi mencari sesuap nasi, membela harga diri, untuk tidak menjadi pengemis yang tanpa ada usaha sedikitpun, sungguh beliau begitu mulia, dan semoga Allah selalu bersama orang yang berhati seperti seorang malaikat yang sengaja di utus tuhan kebumi agar manusia dapat belajar, menghilangkan ketamakan dan bermalas malasan.

Untuk teman teman ku, yang mengatas namakan diri mereka mahasiswa, terutama anda yang berkuliah di kampus unpad jatinangor ini, saya harap, ini hanya salah satu bentuk saya saling berbagi, saling mengingetkan, bahwa di luar sana, masih banyak saudara saudara kita yang membutuhkan perhatian, jadilah mahasiswa seutuhnya, karena saya sendiri tidak mampu berbuat banyak, saya butuh kalian, kalian yang berjiwa besar, yang mau sedikit meluangkan waktunya memperhatikan orang orang di sekitar,

Mulailah dari diri sendiri, mulai dari hal yang kecil, mulai dari sekarang !!!
Sumber : http://www.kaskus.us/showthread.php?t=12302460

Kisah mengharukan: Kenapa Menangis Ayah

Sore itu hujan deras mengguyur, di sebuah pinggiran jakarta,terlihat seorang bapak setengah baya dengan tergopoh2 mendorong motornya yg tiba2 mogok di jalan,sekujur tubuhnya basah kuyup dan sedikit terlihat menggigil menahan dinginnya hempasan angin di sertai hujan yg menusuk2 seluruh sendi tulangnya bak jarum2 kecil.

Alkisah pria tersebut pun menepi di sebuah halte yg sepi,ia memilih utk tidak terlalu memaksakan fisiknya yg mulai melemah.di pinggiran halte ia parkir sepeda motor bebeknya itu,ia pun duduk sambil mengibas2kan pakaiannya dengan maksud agar baju yg ia pakai tidak terlalu basah kuyup.belum lama ia duduk di halte tsb tiba ada sepasang anak muda lelaki dan perempuan berjilbab putih yg ikut menepi di halte itu,sepertinya mereka anak2 SMU,tapi anehnya sore itu adalah hari sabtu,seharusnya anak2 sekolah sudah pulang sejak siang tadi,karena pemandangan tsb sudah lumrah di kota besar (jakarta) maka si bapak tidak terlalu mempedulikan mereka berdua hingga si bapak tersebut mendengar suara perempuan yg ia rasa tidak asing di telinganya,maka ia pun berbalik menjadi penasaran,kedua remaja tsb duduk tanpa melepaskan helm mereka sehingga wajah mereka pun tampak samar.

Bapak tersebut berinisiatif utk mendekati mereka berdua dan alangkah terkejutnya si bapak begitu pula perempuan muda tsb,tapi entah karena alasan apa bapak itu cuma bilang “maaf dhe klo boleh tau bengkel motor terdekat dari sini dimana ya??” maka si pemuda SMU tsb memberi tau detail2 lokasi dan alternatif2 tempat lain yg di rasa akan membantu permasalahan bapak tsb.sedangkan sang perempuan muda hanya tertunduk malu,entah karena apa sepertinya hanya mereka berdua yg tau (bapak dan perempuan muda)

Singkat cerita si bapak pun pergi berlalu mencari bengkel yg ia cari,setelah ia selesai menservis motornya ia pun memacu motornya utk segera pulang karena senja semakin menguning,begitu sampai di rumah sang bapak di sambut manis oleh istrinya yg sudah lama menunggu dengan cemas .

“Bapak kok tumben pulangnya sore??,ibu khawatir loh pak?!”

“Iya bu…tadi motor tiba2 mogok,mana hujan deras lagi,tapi untung cuma masalah busi”

“Oia bu..putriana mana??”

“Iya nih pak ibu juga cemas,td pagi sih pamitannya sehabis sekolah mau langsung ke tempat temennya utk belajar ata ada kegiatan apa gitu,ibu lupa…”

“Oh….ya sudah mudah2an anak kita baik2 aja,mungkin karena hujan jd dia agak terlambat”

“Iya pak ibu juga berharap begitu

Belum sempat si bapak beranjak ke kamar mandi,terdengar suara ketukan pintu.

“Assalamu’alaikum??”
“Wa’alaikum salam”

Si ibu mau membuka pintu langsung di cegah sama si bapak,” biar bapak bu yg buka..”

“Pak jangan di marahi ya anak kita,kasihan…”

“Ibu tenang saja bapak gak bakal marah2 kok”

Pintu pun di buka oleh si bapak dan sesosok perempuan muda yg ia jumpai di halte td terlihat tertunduk lesu tanpa berani mengangkat sedikit pun mimik wajahnya.

“Ana ayo masuk nak nanti kamu masuk angin…” tegur sang bapak kepada perempuan muda tsb yg tidak lain tidak bukan adalah putrinya sendiri.”ayo masuk nak kamu kenapa sih kok mukanya pucet sakit ya?” sambung ibunya.

“Ya sudah biar putriana aja dulu bu yg mandi,air hangat utk bapak biar di pake dulu,bapak mau bersih2 motor dulu”si bapak pun keluar rumah menuju motor kesayangannya.

“Ayo putri..kamu kenapa sih nak??” tanya si ibu
“Enggak kok bu…cuma kedinginan”
“ya sudah mandi dulu sana pake air hangat,ibu mau ngerebus air buat bapak kamu”
“Iya bu…”

Singkat cerita malam itu suasana rumah menjadi agak canggung dimata putriana,ia merasa sangat malu dengan kejadian tadi sore di halte,dimana sang ayah mengetahui bahwa anaknya jalan sama cowok,padahal hal tsb di larang oleh ayahnya,namun ia masih tak habis pikir kenapa ayahnya tidak langsung memarahinya saat di halte malahan pura2 tidak kenal anaknya sendiri.hal ini bener2 membuat putriana gelisah sangat2 gelisah.

Ketika putriana keluar dari kamar ia jumpai ibunya sedang menina bobo adeknya yg masih berusia 4 tahun di depan TV yg merangkap sbg ruang tamu,karena sang ibu ikut tertidur maka putriana pun sangat hati2 saat mencoba membuka pintu depan,setelah membuka pintu depan rumahnya ia dapati sang ayah sedang duduk2 sendirian di teras rumah,sang ayah terlihat murung dan sedih semakin dekat putriana melangkah semakin jelas bahwa sang ayah sedang menangis,airmatanya mengalir membentuk garis2 seperti anak sungai yg di lihat dari ketinggian,air mata sang ayah berkilat2 terkena pantulan cahaya lampu teras.

Putriana pun duduk di depan ayahnya sambil tertunduk malu,ia tidak berani membuka perbincangan karena ia sadar bahwa segala alibi yg ia ucap pasti malah menambah kesalahannya di mata sang ayah.

“Bapak sedih….bapak kecewa pada diri bapak sendiri,ternyata selama ini bapak terlalu percaya diri dengan cara bapak mendidik kamu bapak terlalu sombong di hadapan Alloh subhaanahu wa ta’ala sehingga bapak memandang sebelah mata do’a utk kebaikan anak yg seharusnya bapak panjatkan setiap pagi dan sore,maafkan bapakmu nak atas sikap bapak td sore yg berpura2 tidak mengenalimu,bapak sangat malu menjumpai anak kesayangan bapak sendiri dalam keadaan seperti itu,berdua2an dengan lelaki sementara bapak sudah tanamkan sebelumnya ke anak bapak bahwa perbuatan itu diharamkan dalam Agama,tetapi ketika bapak menemui kenyataanny sore tadi,bapak mulai sadar ternyata apapun yg bapak ajarkan ke anak tidak ada gunanya,tidak di ambil maknanya sehingga bapak semakin sadar bahwa bapak memang orang bodoh tidak pernah sekolah seperti kamu,bapak hanya orang dusun yg mencoba mengadu nasib di jakarta dengan harapan bisa menyekolahkan anak agar nasibnya jauh lebih baik dibandingkan bapaknya,bapak akui memang bapak bodoh nak.sebenarnya bapak cuma menjalani tanggung jawab saja sebagai org tua yg wajib mendidik anak2nya namun bila mana anak punya pilihan hidup sendiri bapak hanya bisa berdo’a agar anak tidak salah melangkah “

Putriana pun langsung bersimpuh dan berlutut di hadapan sang ayah,ia pegang telapak tangan ayahnya dan ia cium serta ia benamkan kepalanya di pangkuan sang ayah sambil menangis sejadi2nya’

“Maafin putriana ayah,maafin kesalahan putri,maafin kelancangan putri yg sudah berani melanggar pesan bapak…..!”

“Sudahlah jangan buat ibumu terbangun dan tahu masalah ini karena nanti hanya menambah kesedihannya saja..sudah..sudah bapak sudah maafin kamu sejak kamu pulang tadi,bapak minta kamu lebih bijak lagi ya menanggapi nasehat orang tua,semua demi kebaikanmu sendiri bukan utk kepentingan orang tuamu”

Putriana benar2 seperti baru terbangun dari tidur panjang,ia seakan baru sembuh dari pengaruh bius setan yg melenyapkan kesadarannya,ia begitu malu pada dirinya sendiri karena telah berani lancang terhadap sang ayah yg sedemikian bijak membimbingnya,membesarkannya dengan penuh kasih sayang dan berbagai pengorbanan lainnya yg tak ternilai demi kebaikan dirinya.

Semenjak hari itu putriana berubah total,ia memilih menghindar dari pergaulan teman2nya yg selama ini selalu mengajak utk berhura2,pacaran etc ,kini ia lebih banyak menghabiskan waktunya di perpustakaan sekolah, meski hal tersebut mendapat banyak reaksi negative dari teman2nya namun ia jalani dengan sabar dan memberi penjelasan kepada mereka secara bijak.

Kini ia tahu bahwa kebahagiaan yg selama ini di cari oleh banyak orang ternyata salah satunya ada pada perbuatan berbakti kepada kedua orang tua

Sabtu, 25 Mei 2013

Akhirnya Kamu Juara My Darling


Fatin Shidqia Rindu Jajan dan Main Bareng Teman-temannya
Novita Dewi Itu Saudara Fatin ShidqiaFatin Shidqia Lubis tidak menyangka akan menjadi juara X Factor Indonesia untuk pertama kalinya. Wajahnya terlihat bingung saat Master of Ceremony(MC) Robi Purba menyebut nama Fatin. Penyanyi muda belia ini terlihat sangat terkejut.

Wajah Fatin yang sebelumnya terlihat sangat tegang tiba-tiba berubah menjadi mimik kaget. Ia pun langsung mendapatkan pelukan dari Rossa.

Ayah Fatin Shidqia Kehabisan Kata-kataTidak lama setelah itu, Fatin menangis gembira dan mendapatkan ucapan selamat serta pelukan dari pesaingnya Novita Dewi.

Di acara penutup, Fatin pun langsung menyanyikan lagu kemenangan.
Atas predikat juara tersebut, Fatin berhak meraih hadiah uang tunai sebesar Rp 125 juta, ditambah lagi Rp 50 juta dalam bentuk reksa dana dan asuransi dari MNC Life. Fatin juga mendapatkan sebuah mobil New Suzuki Swift matic.
Yuk simak foto-foto Fatin jadi jawara X Factor Indonesia




Fatin Ingin Wujudkan Mimpi Orangtuanya

Seprei Baru Menyambut Kepulangan Fatin Shidqia
Menang X Factor, Ayahnya Pikirkan Sekolah Fatin Shidqia Lubis

http://www.tribunnews.com/2013/05/25/foto-ekspresi-fatin-shidqia-saat-disebut-jadi-jawara-x-factor-indonesia

PNS Digelar Agustus 2013

Tes Serentak CPNS Agustus 2013Tes penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) secara nasional akan digelar pada Agustus 2013.

Jumlah PNS yang memasuki masa pensiun tahun ini mencapai sekitar 110 ribu dan yang akan diterima sekitar 60 ribu CPNS.

Kementerian Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemenpan-RB), masih menunggu usulan kebutuhan CNPS dari daerah. setiap daerah harus mengusulkan berapa jumlah CPNSyang dibutuhkannya.

Sementara untuk Pegawai Tidak Tetap (PTT) Kategori 2 (pendapatan tidak dibayar melalui APBN/APBD), Wamen PAN-RB Eko Prasojo mengatakan, jumlahnya mencapai 500 ribu. “Kemenpan-RB masih akan melakukan penentuan kuota formasi jurusan dan usulan dari daerah,” kata Eko Prasojo seperti dikutip Tribunnews.com dari situs Setkab, Jumat (10/5/2013).

Kemudian akan ditentukan jumlah kuota yang akan diterima untuk PTT K2. Jika kuota telah ditentukan, maka akan lakukan tes untuk pada Juli atau Agustus.

Tes penerimaan PTT K2, lanjut Eko, akan disamakan dengan tes penerimaan reguler, diantaranya tes kepribadian, tes potensi akademik dan tes wawasan kebangsaan.

Pemerintah berencana membuka pengadaan calon pegawai negeri sipil (CPNS) baru sebanyak 169 ribu orang tahun ini. Jumlah itu sudah termasuk program penyelesaian pegawai honorer yang masih tersisa.

Wakil Menteri Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Wamen PAN-RB), Eko Prasojo mengatakan penerimaan CPNS dengan pengangkatan pegawai honorer tahun ini mencapai 169 ribu melalui seleksi.

Sesuai target, kata dia, pengangkatan seluruh pegawai honor tetap dilaksanakan pada tahun depan. "Untuk penerimaan dari kategori umum 60 ribuan," kata Eko.

Untuk penerimaan pegawai dari pelamar umum dibagi untuk pemerintah pusat dan daerah. Dari sini, lanjut Eko, pemerintah bisa benar-benar mencari pegawai yang sesuai kebutuhan.

Wamen PAN-RB memperkirakan perekrutan pegawai tahun 2014 kurang lebih sama dengan penerimaan tahun ini. "Kalau nggak ada yang macam-macam, Insya Allah 2014 masalah pegawai honorer rampung," kata Wamen.

Menurut Eko, adanya pegawai honor yang masih tersisa membuat penerimaan pegawai masih harus memprioritaskannya. Setidaknya, penerimaan CPNS yang leluasa baru bisa dilaksanakan pada 2015 mendatang.

Kamis, 23 Mei 2013

Wow Keren !

Sekolah adalah gudang ilmu, semasa masih mampu mencari ilmu, tuntutlah ilmu sebanyak mungkin.
Berfikir sebelum berbuat adalah satu kebijaksanaan, berfikir setelah berbuat adalah satu kebodohan, sementara berbuat tanpa berfikir adalah seribu kebodohan.



Waktu terkadang terlalu lambat bagi mereka yang menunggu, terlalu cepat bagi yang takut, terlalu panjang bagi yang gundah, dan terlalu pendek bagi yang bahagia. Tapi bagi yang selalu mengasihi, waktu adalah keabadian.


Bersyukurlah untuk apa yang Anda miliki sekarang, dan terus berjuang untuk apa yang Anda inginkan besok. 
Tuhan menciptakan Sabar sebagai pasangan bagi rasa Syukur. Dan keindahan rasa syukur akan hadir saat didampingi oleh kesabaran.


Maka merugilah orang yang gak serius dalam menuntut ilmu.
Menyesal nanti jika setelah lulus sekolah tidak mendapat pengalaman kerja, habis sekolah bingung mikir mau kemana, dan semasa sekolah ngapain saja.


Sehari tak mengikuti pelajaran sama dengan kerugian kalian menuntut ilmu.


Sekolah bukan tempat pacaran, tapi tempat menuntut ilmu untuk masa depan.


Membolos sekolah dan hura-hura akan membuat kita bodoh.


Apa gak kasihan Orang tua kerja keras demi anaknya agar pandai di masa depan, tp anaknya gak nurut sama orang tua, tiap hari Bolos, Tidak serius , dll.



Kamis, 16 Mei 2013

Maafkan Anakmu Ibu (2)

Alkisah di sebuah desa, ada seorang ibu yang sudah tua, hidup berdua dengan anak satu-satunya Suaminya sudah lama meninggal karena sakit Sang ibu sering kali merasa sedih memikirkan anak satu-satunya. Anaknya mempunyai tabiat yang sangat buruk yaitu suka mencuri, berjudi, mengadu ayam dan banyak lagi Ibu itu sering menangis meratapi nasibnya yang malang, Namun ia sering berdoa memohon kepada Tuhan:
“Tuhan tolong sadarkan anakku yang kusayangi, supaya tidak berbuat dosa lagi Aku sudah tua dan ingin menyaksikan dia bertobat sebelum aku mati ”
Namun semakin lama si anak semakin larut dengan perbuatan jahatnya, sudah sangat sering ia keluar masuk penjara karena kejahatan yang dilakukannya. Suatu hari ia kembali mencuri di rumah penduduk desa, namun malang dia tertangkap Kemudian dia dibawa ke hadapan raja utk diadili dan dijatuhi hukuman pancung
pengumuman itu diumumkan ke seluruh desa, hukuman akan dilakukan keesokan hari di depan rakyat desa dan tepat pada saat lonceng berdentang menandakan pukul enam pagi. Berita hukuman itu sampai ke telinga si ibu dia menangis meratapi anak yang dikasihinya dan berdoa berlutut kepada Tuhan
“Tuhan ampuni anak hamba, biarlah hamba yang sudah tua ini yang menanggung dosa nya”
Dengan tertatih tatih dia mendatangi raja dan memohon supaya anaknya dibebaskan Tapi keputusan sudah bulat, anaknya harus menjalani hukuman Dengan hati hancur, ibu kembali ke rumah Tak hentinya dia berdoa supaya anaknya diampuni,
Akhirnya dia tertidur karena kelelahan Dan dalam mimpinya dia bertemu dengan Tuhan Keesokan harinya, ditempat yang sudah ditentukan, rakyat berbondong2 manyaksikan hukuman tersebut Sang algojo sudah siap dengan pancungnya dan anak sudah pasrah dengan nasibnya
Terbayang di matanya wajah ibunya yang sudah tua, dan tanpa terasa ia menangis menyesali perbuatannya. Detik-detik yang dinantikan akhirnya tiba. Sampai waktu yang ditentukan tiba, lonceng belum juga berdentang. sudah lewat lima menit dan suasana mulai berisik,
akhirnya petugas yang bertugas membunyikan lonceng datang Ia mengaku heran karena sudah sejak tadi dia menarik tali lonceng tapi suara dentangnya tidak ada. Saat mereka semua sedang bingung, tiba2 dari tali lonceng itu mengalir darah
Darah itu berasal dari atas tempat di mana lonceng itu diikat. Dengan jantung berdebar2 seluruh rakyat menantikan saat beberapa orang naik ke atas menyelidiki sumber darah. Tahukah anda apa yang terjadi?
Ternyata di dalam lonceng ditemui tubuh si ibu tua dengan kepala hancur berlumuran darah dia memeluk bandul di dalam lonceng yang menyebabkan lonceng tidak berbunyi, dan sebagai gantinya, kepalanya yang terbentur di dinding lonceng.
Seluruh orang yang menyaksikan kejadian itu tertunduk dan meneteskan air mata Sementara si anak meraung raung memeluk tubuh ibunya yang sudah diturunkan Menyesali dirinya yang selalu menyusahkan ibunya. Ternyata malam sebelumnya si ibu dengan susah payah memanjat ke atas dan mengikat dirinya di lonceng Memeluk besi dalam lonceng untuk menghindari hukuman pancung anaknya.


Kisah Ini memberikan pesan sangat besar bagi saya dan kita semua. semoga kita termasuk orang orang yang sangat menyayangi ibu kita. Ibu Maafkanlah Aku,Ibu Semoga engkau termasuk orang orang yang di ridhoi Tuhan. Semoga Hidupmu selalu dalam lindungan Tuhan. Ibu Maafkanlah Aku

Ibu Maafkanlah Aku, Kumpulan Cerita Sedih Menyentuh Hati 10 out of 10 based on 9998 ratings. 10 user reviews.


Maafkan Anakmu Ibu


Kisah haru Ibu Maafkanlah Aku, Kumpulan Cerita Sedih Menyentuh HatiPada malam itu, Ana bertengkar dengan ibunya. Karena sangat marah,
Ana segera meninggalkan rumah tanpa membawa apapun. Saat berjalan di suatu jalan, ia baru menyadari bahwa ia sama sekali tdk membawa uang. Saat menyusuri sebuah jalan, ia melewati sebuah kedai bakmi dan ia mencium harumnya aroma masakan. Ia ingin sekali memesan semangkuk bakmi, tetapi ia tdk mempunyai uang.

Pemilik kedai melihat Ana berdiri cukup lama di depan kedainya, lalu berkata “Nona, apakah engkau ingin memesan semangkuk bakmi?”
” Ya, tetapi, aku tdk membawa uang” jawab Ana dengan malu-malu
“Tidak apa-apa, aku akan mentraktirmu” jawab si pemilik kedai.

“Silahkan duduk, aku akan memasakkan bakmi untukmu”.
Tidak lama kemudian, pemilik kedai itu mengantarkan semangkuk bakmi. Ana segera makan beberapa suap, kemudian air matanya mulai berlinang.

“Ada apa nona?” Tanya si pemilik kedai.
“tidak apa-apa” aku hanya terharu jawab Ana sambil mengeringkan air matanya.

“Bahkan, seorang yang baru kukenal pun memberi aku semangkuk bakmi !, tetapi,…ibuku sendiri, setelah bertengkar denganku, mengusirku dari rumah dan mengatakan kepadaku agar jangan kembali lagi ke rumah” “Kau, seorang yang baru kukenal, tetapi begitu peduli denganku dibandingkan dengan ibu kandungku sendiri” katanya kepada pemilik kedai

Pemilik kedai itu setelah mendengar perkataan Ana, menarik nafas panjang dan berkata “Nona mengapa kau berpikir seperti itu? Renungkanlah hal ini, aku hanya memberimu semangkuk bakmi dan kau begitu terharu. Ibumu telah memasak bakmi dan nasi utukmu saat kau kecil sampai saat ini, mengapa kau tidak berterima kasih kepadanya? Dan kau malah bertengkar dengannya”

Ana, terhenyak mendengar hal tsb.“Mengapa aku tdk berpikir ttg hal tsb? Utk semangkuk bakmi dr org yg baru kukenal, aku begitu berterima kasih, tetapi kepada ibuku yg memasak untukku selama bertahun-tahun, aku bahkan tidak memperlihatkan kepedulianku kepadanya. Dan hanya karena persoalan sepele, aku bertengkar dengannya. Ana, segera menghabiskan bakminya, lalu ia mnguatkan dirinya untuk segera pulang ke rumahnya. saat berjalan ke rumah, ia memikirkan kata-kata yg hrs diucapkan kpd ibunya.Begitu sampai di ambang pintu rumah, ia melihat ibunya dengan wajah letih dan cemas.

Ketika bertemu dengan Ana, kalimat pertama yang keluar dari mulutnya adalah “Ana kau sudah pulang, cepat masuklah, aku telah menyiapkan makan malam dan makanlah dahulu sebelum kau tidur, makanan akan menjadi dingin jika kau tdk memakannya sekarang”

Pada saat itu Ana tdk dapat menahan tangisnya dan ia menangis dihadapan ibunya. Sekali waktu, kita mungkin akan sangat berterima kasih kpd org lain disekitar kita untuk suatu pertolongan kecil yang diberikan kepada kita. Tetapi kpd org yang sangat dekat dengan kita (keluarga) khususnya orang tua kita, kita harus ingat bahwa kita berterima kasih kepada mereka seumur hidup kita.


Kisah Mengharukan: Perjalanan Cinta Seorang Istri Yang Tak Pernah Mencintai Suaminya

Berikut kisah atau cerita sedih yang dapat memotivasi Anda dalam menjalani kehidupan berumah tangga, Kisah mengharukan atau kisah sedih ini tentang perjalanan cinta seorang istri yang tak pernah mencintai suaminya selama 10 tahun perjalanan pernikahannya hingga sang Suami meninggal dunia, dan akhirnya ia menyadari betapa besar cinta dan kasih sayang yang diberikan sang suami untuknya selama ini, dulu ia menghabiskan sepuluh tahun untuk membenci suaminya, tetapi setelah Suaminya tiada Ia menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupnya untuk mencintai sang Suami.

Aku membencinya, itulah yang selalu kubisikkan dalam hatiku hampir sepanjang kebersamaan kami. Meskipun menikahinya, aku tak pernah benar-benar menyerahkan hatiku padanya. Menikah karena paksaan orangtua, membuatku membenci suamiku sendiri.
Walaupun menikah terpaksa, aku tak pernah menunjukkan sikap benciku. Meskipun membencinya, setiap hari aku melayaninya sebagaimana tugas istri. Aku terpaksa melakukan semuanya karena aku tak punya pegangan lain. Beberapa kali muncul keinginan meninggalkannya tapi aku tak punya kemampuan finansial dan dukungan siapapun. Kedua orangtuaku sangat menyayangi suamiku karena menurut mereka, suamiku adalah sosok suami sempurna untuk putri satu-satunya mereka.
Ketika menikah, aku menjadi istri yang teramat manja. Kulakukan segala hal sesuka hatiku. Suamiku juga memanjakanku sedemikian rupa. Aku tak pernah benar-benar menjalani tugasku sebagai seorang istri. Aku selalu bergantung padanya karena aku menganggap hal itu sudah seharusnya setelah apa yang ia lakukan padaku. Aku telah menyerahkan hidupku padanya sehingga tugasnyalah membuatku bahagia dengan menuruti semua keinginanku.
Di rumah kami, akulah ratunya. Tak ada seorangpun yang berani melawan. Jika ada sedikit saja masalah, aku selalu menyalahkan suamiku. Aku tak suka handuknya yang basah yang diletakkan di tempat tidur, aku sebal melihat ia meletakkan sendok sisa mengaduk susu di atas meja dan meninggalkan bekas lengket, aku benci ketika ia memakai komputerku meskipun hanya untuk menyelesaikan pekerjaannya. Aku marah kalau ia menggantung bajunya di kapstock bajuku, aku juga marah kalau ia memakai pasta gigi tanpa memencetnya dengan rapi, aku marah kalau ia menghubungiku hingga berkali-kali ketika aku sedang bersenang-senang dengan teman-temanku.
Tadinya aku memilih untuk tidak punya anak. Meskipun tidak bekerja, tapi aku tak mau mengurus anak. Awalnya dia mendukung dan akupun ber-KB dengan pil. Tapi rupanya ia menyembunyikan keinginannya begitu dalam sampai suatu hari aku lupa minum pil KB dan meskipun ia tahu ia membiarkannya. Akupun hamil dan baru menyadarinya setelah lebih dari empat bulan, dokterpun menolak menggugurkannya.
Itulah kemarahanku terbesar padanya. Kemarahan semakin bertambah ketika aku mengandung sepasang anak kembar dan harus mengalami kelahiran yang sulit. Aku memaksanya melakukan tindakan vasektomi agar aku tidak hamil lagi. Dengan patuh ia melakukan semua keinginanku karena aku mengancam akan meninggalkannya bersama kedua anak kami.
Waktu berlalu hingga anak-anak tak terasa berulang tahun yang ke-delapan. Seperti pagi-pagi sebelumnya, aku bangun paling akhir. Suami dan anak-anak sudah menungguku di meja makan. Seperti biasa, dialah yang menyediakan sarapan pagi dan mengantar anak-anak ke sekolah. Hari itu, ia mengingatkan kalau hari itu ada peringatan ulang tahun ibuku. Aku hanya menjawab dengan anggukan tanpa mempedulikan kata-katanya yang mengingatkan peristiwa tahun sebelumnya, saat itu aku memilih ke mal dan tidak hadir di acara ibu. Yaah, karena merasa terjebak dengan perkawinanku, aku juga membenci kedua orangtuaku.
Sebelum ke kantor, biasanya suamiku mencium pipiku saja dan diikuti anak-anak. Tetapi hari itu, ia juga memelukku sehingga anak-anak menggoda ayahnya dengan ribut. Aku berusaha mengelak dan melepaskan pelukannya. Meskipun akhirnya ikut tersenyum bersama anak-anak. Ia kembali mencium hingga beberapa kali di depan pintu, seakan-akan berat untuk pergi.
Ketika mereka pergi, akupun memutuskan untuk ke salon. Menghabiskan waktu ke salon adalah hobiku. Aku tiba di salon langgananku beberapa jam kemudian. Di salon aku bertemu salah satu temanku sekaligus orang yang tidak kusukai. Kami mengobrol dengan asyik termasuk saling memamerkan kegiatan kami. Tiba waktunya aku harus membayar tagihan salon, namun betapa terkejutnya aku ketika menyadari bahwa dompetku tertinggal di rumah. Meskipun merogoh tasku hingga bagian terdalam aku tak menemukannya di dalam tas. Sambil berusaha mengingat-ingat apa yang terjadi hingga dompetku tak bisa kutemukan aku menelepon suamiku dan bertanya.
“Maaf sayang, kemarin Farhan meminta uang jajan dan aku tak punya uang kecil maka kuambil dari dompetmu. Aku lupa menaruhnya kembali ke tasmu, kalau tidak salah aku letakkan di atas meja kerjaku.” Katanya menjelaskan dengan lembut.
Dengan marah, aku mengomelinya dengan kasar. Kututup telepon tanpa menunggunya selesai bicara. Tak lama kemudian, handphoneku kembali berbunyi dan meski masih kesal, akupun mengangkatnya dengan setengah membentak. “Apalagi??”
“Sayang, aku pulang sekarang, aku akan ambil dompet dan mengantarnya padamu. Sayang sekarang ada dimana?” tanya suamiku cepat , kuatir aku menutup telepon kembali. Aku menyebut nama salonku dan tanpa menunggu jawabannya lagi, aku kembali menutup telepon. Aku berbicara dengan kasir dan mengatakan bahwa suamiku akan datang membayarkan tagihanku. Si empunya Salon yang sahabatku sebenarnya sudah membolehkanku pergi dan mengatakan aku bisa membayarnya nanti kalau aku kembali lagi. Tapi rasa malu karena “musuh”ku juga ikut mendengarku ketinggalan dompet membuatku gengsi untuk berhutang dulu.
Hujan turun ketika aku melihat keluar dan berharap mobil suamiku segera sampai. Menit berlalu menjadi jam, aku semakin tidak sabar sehingga mulai menghubungi handphone suamiku. Tak ada jawaban meskipun sudah berkali-kali kutelepon. Padahal biasanya hanya dua kali berdering teleponku sudah diangkatnya. Aku mulai merasa tidak enak dan marah.
Teleponku diangkat setelah beberapa kali mencoba. Ketika suara bentakanku belum lagi keluar, terdengar suara asing menjawab telepon suamiku. Aku terdiam beberapa saat sebelum suara lelaki asing itu memperkenalkan diri, “selamat siang, ibu. Apakah ibu istri dari bapak armandi?” kujawab pertanyaan itu segera. Lelaki asing itu ternyata seorang polisi, ia memberitahu bahwa suamiku mengalami kecelakaan dan saat ini ia sedang dibawa ke rumah sakit kepolisian. Saat itu aku hanya terdiam dan hanya menjawab terima kasih. Ketika telepon ditutup, aku berjongkok dengan bingung. Tanganku menggenggam erat handphone yang kupegang dan beberapa pegawai salon mendekatiku dengan sigap bertanya ada apa hingga wajahku menjadi pucat seputih kertas.
Entah bagaimana akhirnya aku sampai di rumah sakit. Entah bagaimana juga tahu-tahu seluruh keluarga hadir di sana menyusulku. Aku yang hanya diam seribu bahasa menunggu suamiku di depan ruang gawat darurat. Aku tak tahu harus melakukan apa karena selama ini dialah yang melakukan segalanya untukku. Ketika akhirnya setelah menunggu beberapa jam, tepat ketika kumandang adzan maghrib terdengar seorang dokter keluar dan menyampaikan berita itu. Suamiku telah tiada. Ia pergi bukan karena kecelakaan itu sendiri, serangan stroke-lah yang menyebabkan kematiannya. Selesai mendengar kenyataan itu, aku malah sibuk menguatkan kedua orangtuaku dan orangtuanya yang shock. Sama sekali tak ada airmata setetespun keluar di kedua mataku. Aku sibuk menenangkan ayah ibu dan mertuaku. Anak-anak yang terpukul memelukku dengan erat tetapi kesedihan mereka sama sekali tak mampu membuatku menangis.
Ketika jenazah dibawa ke rumah dan aku duduk di hadapannya, aku termangu menatap wajah itu. Kusadari baru kali inilah aku benar-benar menatap wajahnya yang tampak tertidur pulas. Kudekati wajahnya dan kupandangi dengan seksama. Saat itulah dadaku menjadi sesak teringat apa yang telah ia berikan padaku selama sepuluh tahun kebersamaan kami. Kusentuh perlahan wajahnya yang telah dingin dan kusadari inilah kali pertama kali aku menyentuh wajahnya yang dulu selalu dihiasi senyum hangat. Airmata merebak dimataku, mengaburkan pandanganku. Aku terkesiap berusaha mengusap agar airmata tak menghalangi tatapan terakhirku padanya, aku ingin mengingat semua bagian wajahnya agar kenangan manis tentang suamiku tak berakhir begitu saja. Tapi bukannya berhenti, airmataku semakin deras membanjiri kedua pipiku. Peringatan dari imam mesjid yang mengatur prosesi pemakaman tidak mampu membuatku berhenti menangis. Aku berusaha menahannya, tapi dadaku sesak mengingat apa yang telah kuperbuat padanya terakhir kali kami berbicara.
Aku teringat betapa aku tak pernah memperhatikan kesehatannya. Aku hampir tak pernah mengatur makannya. Padahal ia selalu mengatur apa yang kumakan. Ia memperhatikan vitamin dan obat yang harus kukonsumsi terutama ketika mengandung dan setelah melahirkan. Ia tak pernah absen mengingatkanku makan teratur, bahkan terkadang menyuapiku kalau aku sedang malas makan. Aku tak pernah tahu apa yang ia makan karena aku tak pernah bertanya. Bahkan aku tak tahu apa yang ia sukai dan tidak disukai. Hampir seluruh keluarga tahu bahwa suamiku adalah penggemar mie instant dan kopi kental. Dadaku sesak mendengarnya, karena aku tahu ia mungkin terpaksa makan mie instant karena aku hampir tak pernah memasak untuknya. Aku hanya memasak untuk anak-anak dan diriku sendiri. Aku tak perduli dia sudah makan atau belum ketika pulang kerja. Ia bisa makan masakanku hanya kalau bersisa. Iapun pulang larut malam setiap hari karena dari kantor cukup jauh dari rumah. Aku tak pernah mau menanggapi permintaannya untuk pindah lebih dekat ke kantornya karena tak mau jauh-jauh dari tempat tinggal teman-temanku.
Saat pemakaman, aku tak mampu menahan diri lagi. Aku pingsan ketika melihat tubuhnya hilang bersamaan onggokan tanah yang menimbun. Aku tak tahu apapun sampai terbangun di tempat tidur besarku. Aku terbangun dengan rasa sesal memenuhi rongga dadaku. Keluarga besarku membujukku dengan sia-sia karena mereka tak pernah tahu mengapa aku begitu terluka kehilangan dirinya.
Hari-hari yang kujalani setelah kepergiannya bukanlah kebebasan seperti yang selama ini kuinginkan tetapi aku malah terjebak di dalam keinginan untuk bersamanya. Di hari-hari awal kepergiannya, aku duduk termangu memandangi piring kosong. Ayah, Ibu dan ibu mertuaku membujukku makan. Tetapi yang kuingat hanyalah saat suamiku membujukku makan kalau aku sedang mengambek dulu. Ketika aku lupa membawa handuk saat mandi, aku berteriak memanggilnya seperti biasa dan ketika malah ibuku yang datang, aku berjongkok menangis di dalam kamar mandi berharap ia yang datang. Kebiasaanku yang meneleponnya setiap kali aku tidak bisa melakukan sesuatu di rumah, membuat teman kerjanya kebingungan menjawab teleponku. Setiap malam aku menunggunya di kamar tidur dan berharap esok pagi aku terbangun dengan sosoknya di sebelahku.
Dulu aku begitu kesal kalau tidur mendengar suara dengkurannya, tapi sekarang aku bahkan sering terbangun karena rindu mendengarnya kembali. Dulu aku kesal karena ia sering berantakan di kamar tidur kami, tetapi kini aku merasa kamar tidur kami terasa kosong dan hampa. Dulu aku begitu kesal jika ia melakukan pekerjaan dan meninggalkannya di laptopku tanpa me-log out, sekarang aku memandangi komputer, mengusap tuts-tutsnya berharap bekas jari-jarinya masih tertinggal di sana. Dulu aku paling tidak suka ia membuat kopi tanpa alas piring di meja, sekarang bekasnya yang tersisa di sarapan pagi terakhirnyapun tidak mau kuhapus. Remote televisi yang biasa disembunyikannya, sekarang dengan mudah kutemukan meski aku berharap bisa mengganti kehilangannya dengan kehilangan remote. Semua kebodohan itu kulakukan karena aku baru menyadari bahwa dia mencintaiku dan aku sudah terkena panah cintanya.
Aku juga marah pada diriku sendiri, aku marah karena semua kelihatan normal meskipun ia sudah tidak ada. Aku marah karena baju-bajunya masih di sana meninggalkan baunya yang membuatku rindu. Aku marah karena tak bisa menghentikan semua penyesalanku. Aku marah karena tak ada lagi yang membujukku agar tenang, tak ada lagi yang mengingatkanku sholat meskipun kini kulakukan dengan ikhlas. Aku sholat karena aku ingin meminta maaf, meminta maaf pada Allah karena menyia-nyiakan suami yang dianugerahi padaku, meminta ampun karena telah menjadi istri yang tidak baik pada suami yang begitu sempurna. Sholatlah yang mampu menghapus dukaku sedikit demi sedikit. Cinta Allah padaku ditunjukkannya dengan begitu banyak perhatian dari keluarga untukku dan anak-anak. Teman-temanku yang selama ini kubela-belain, hampir tak pernah menunjukkan batang hidung mereka setelah kepergian suamiku.
Empat puluh hari setelah kematiannya, keluarga mengingatkanku untuk bangkit dari keterpurukan. Ada dua anak yang menungguku dan harus kuhidupi. Kembali rasa bingung merasukiku. Selama ini aku tahu beres dan tak pernah bekerja. Semua dilakukan suamiku. Berapa besar pendapatannya selama ini aku tak pernah peduli, yang kupedulikan hanya jumlah rupiah yang ia transfer ke rekeningku untuk kupakai untuk keperluan pribadi dan setiap bulan uang itu hampir tak pernah bersisa. Dari kantor tempatnya bekerja, aku memperoleh gaji terakhir beserta kompensasi bonusnya. Ketika melihatnya aku terdiam tak menyangka, ternyata seluruh gajinya ditransfer ke rekeningku selama ini. Padahal aku tak pernah sedikitpun menggunakan untuk keperluan rumah tangga. Entah darimana ia memperoleh uang lain untuk memenuhi kebutuhan rumah tangga karena aku tak pernah bertanya sekalipun soal itu.Yang aku tahu sekarang aku harus bekerja atau anak-anakku takkan bisa hidup karena jumlah gaji terakhir dan kompensasi bonusnya takkan cukup untuk menghidupi kami bertiga. Tapi bekerja di mana? Aku hampir tak pernah punya pengalaman sama sekali. Semuanya selalu diatur oleh dia.
Kebingunganku terjawab beberapa waktu kemudian. Ayahku datang bersama seorang notaris. Ia membawa banyak sekali dokumen. Lalu notaris memberikan sebuah surat. Surat pernyataan suami bahwa ia mewariskan seluruh kekayaannya padaku dan anak-anak, ia menyertai ibunya dalam surat tersebut tapi yang membuatku tak mampu berkata apapun adalah isi suratnya untukku.
Istriku Liliana tersayang,
Maaf karena harus meninggalkanmu terlebih dahulu, sayang. maaf karena harus membuatmu bertanggung jawab mengurus segalanya sendiri. Maaf karena aku tak bisa memberimu cinta dan kasih sayang lagi. Allah memberiku waktu yang terlalu singkat karena mencintaimu dan anak-anak adalah hal terbaik yang pernah kulakukan untukmu.
Seandainya aku bisa, aku ingin mendampingi sayang selamanya. Tetapi aku tak mau kalian kehilangan kasih sayangku begitu saja. Selama ini aku telah menabung sedikit demi sedikit untuk kehidupan kalian nanti. Aku tak ingin sayang susah setelah aku pergi. Tak banyak yang bisa kuberikan tetapi aku berharap sayang bisa memanfaatkannya untuk membesarkan dan mendidik anak-anak. Lakukan yang terbaik untuk mereka, ya sayang.
Jangan menangis, sayangku yang manja. Lakukan banyak hal untuk membuat hidupmu yang terbuang percuma selama ini. Aku memberi kebebasan padamu untuk mewujudkan mimpi-mimpi yang tak sempat kau lakukan selama ini. Maafkan kalau aku menyusahkanmu dan semoga Tuhan memberimu jodoh yang lebih baik dariku.
Teruntuk Farah, putri tercintaku. Maafkan karena ayah tak bisa mendampingimu. Jadilah istri yang baik seperti Ibu dan Farhan, ksatria pelindungku. Jagalah Ibu dan Farah. Jangan jadi anak yang bandel lagi dan selalu ingat dimanapun kalian berada, ayah akan disana melihatnya. Oke, Buddy!
Aku terisak membaca surat itu, ada gambar kartun dengan kacamata yang diberi lidah menjulur khas suamiku kalau ia mengirimkan note.
Notaris memberitahu bahwa selama ini suamiku memiliki beberapa asuransi dan tabungan deposito dari hasil warisan ayah kandungnya. Suamiku membuat beberapa usaha dari hasil deposito tabungan tersebut dan usaha tersebut cukup berhasil meskipun dimanajerin oleh orang-orang kepercayaannya. Aku hanya bisa menangis terharu mengetahui betapa besar cintanya pada kami, sehingga ketika ajal menjemputnya ia tetap membanjiri kami dengan cinta.
Aku tak pernah berpikir untuk menikah lagi. Banyaknya lelaki yang hadir tak mampu menghapus sosoknya yang masih begitu hidup di dalam hatiku. Hari demi hari hanya kuabdikan untuk anak-anakku. Ketika orangtuaku dan mertuaku pergi satu persatu meninggalkanku selaman-lamanya, tak satupun meninggalkan kesedihan sedalam kesedihanku saat suamiku pergi.
Kini kedua putra putriku berusia duapuluh tiga tahun. Dua hari lagi putriku menikahi seorang pemuda dari tanah seberang. Putri kami bertanya, “Ibu, aku harus bagaimana nanti setelah menjadi istri, soalnya Farah kan ga bisa masak, ga bisa nyuci, gimana ya bu?”
Aku merangkulnya sambil berkata “Cinta sayang, cintailah suamimu, cintailah pilihan hatimu, cintailah apa yang ia miliki dan kau akan mendapatkan segalanya. Karena cinta, kau akan belajar menyenangkan hatinya, akan belajar menerima kekurangannya, akan belajar bahwa sebesar apapun persoalan, kalian akan menyelesaikannya atas nama cinta.”
Putriku menatapku, “seperti cinta ibu untuk ayah? Cinta itukah yang membuat ibu tetap setia pada ayah sampai sekarang?”
Aku menggeleng, “bukan, sayangku. Cintailah suamimu seperti ayah mencintai ibu dulu, seperti ayah mencintai kalian berdua. Ibu setia pada ayah karena cinta ayah yang begitu besar pada ibu dan kalian berdua.”
Aku mungkin tak beruntung karena tak sempat menunjukkan cintaku pada suamiku. Aku menghabiskan sepuluh tahun untuk membencinya, tetapi menghabiskan hampir sepanjang sisa hidupku untuk mencintainya. Aku bebas darinya karena kematian, tapi aku tak pernah bisa bebas dari cintanya yang begitu tulus.


Kisah Mengharukan diatas diambil dari: http://www.weberita.com/kisah-paling-sedih.html
Sumber asli: http://bundaiin.blogdetik.com/2011/10/07/kisah-inspirasi-untuk-para-istri-dan-suami/

Perjuangan Cinta Seorang Istri

Cerita yang mengharukan dan dapat memotivasi para suami dan juga para istri maupun calon suami istri. Saya yakin sahabat nanti pasti akan menyesal dan terpaksa membaca ulang dari awal jika melewatkan satu kalimat saja dalam kisah ini.
Suatu hari di sebuah rumah mewah di pinggiran desa, ada sepasang suami istri, Rudi dan sang istri bernama yuli. Rudi adalah anak tunggal keturunan orang terpandang di desa itu, sedangkan Yuli adalah anak orang biasa. Namun kedua orang tua Rudi, sangat menyayangi menantu satu-satunya itu. Karena selain rajin, patuh dan taat beribadah, Yuli juga sudah tidak punya saudara dan orang tua lagi. Karna meninggal saat ia masih kecil.Orang memandang, mereka adalah pasangan yg sangat harmonis. Para tetangganya pun tahu bagaimana mereka dulu merintis usaha dari kecil untuk mencapai kehidupan mapan seperti sekarang ini. Sayangnya, pasangan itu belum lengkap.



Dalam kurun waktu sepuluh tahun usia pernikahannya, mereka belum juga dikaruniai seorang anak. Akibatnya Rudi putus asa hingga walau masih sangat cinta, dia berniat untuk menceraikan sang istri, yg dianggap tidak mampu memberikan keturunan sebagai penerus generasi. Setelah melalui perdebatan, dengan sedih dan duka yg mendalam, akhirnya Yuli pun menyerah pada keputusan suaminya untuk tetap bercerai.


Sambil menahan perasaan yg tidak menentu, suami istri itupun menyampaikan rencana perceraian tersebut kepada orang tuanya. Orang tuanya pun menentang keras, sangat tidak setuju, tapi tampaknya keputusan Rudi sudah bulat. Dia tetap akan menceraikan Yuli.




Setelah berdebat cukup lama, akhirnya dengan berat hati kedua orang tua itu menyetujui perceraian tersebut dengan satu syarat, yaitu agar perceraian itu juga diselenggarakan dalam sebuah pesta yg sama besar seperti besarnya pesta saat mereka menikah dulu. Karena tak ingin mengecewakan kedua orang tuanya, maka persyaratan itu pun disetujui.


Beberapa hari kemudian, pesta diselenggarakan. Saya berani sumpah bahwa itu adalah sebuah pesta yg sangat tidak membahagiakan bagi siapapun yg hadir. Pak Rudi nampak tertekan, stres dan terus menenggak minuman beralkohol sampai mabuk dan sempoyongan. Sementara Yuli tampak terus melamun dan sesekali mengusap air mata di pipinya. Di sela mabuknya itu tiba-tiba Rudi berdiri tegap dan berkata lantang,


"Istriku, saat kamu pergi nanti... ambil saja dan bawalah serta semua barang berharga atau apapun itu yg kamu suka dan kamu sayangi..!"
Setelah berkata demikian, tak lama kemudian ia semakin mabuk dan akhirnya tak sadarkan diri.


Keesokan harinya, seusai pesta, Rudi terbangun dengan kepala yg masih berdenyut-denyut berat. Dia merasa asing dengan keadaan disekelilingnya, tak banyak yg dikenalnya kecuali satu. Yuli istrinya, yg masih sangat ia cintai, sosok yg selama bertahun-tahun ini menemani hidupnya.
Maka, dia pun lalu bertanya,


"Ada dimana aku..? Sepertinya ini bukan kamar kita..? Apakah aku masih mabuk dan bermimpi..? Tolong jelaskan..."


Yuli pun lalu menatap suaminya penuh cinta, dan dengan mata berkaca dia menjawab,
"Suamiku... ini dirumah peninggalan orang tuaku, dan orang-orang ini para tetangga. Kemaren kamu bilang di depan semua orang bahwa aku boleh membawa apa saja yg aku mau dan aku sayangi. Dan perlu kamu tahu, di dunia ini tidak ada satu barangpun yg berharga dan aku cintai dengan sepenuh hati kecuali kamu. Karena itulah kamu sekarang kubawa serta kemanapun aku pergi...!"


Dengan perasaan terkejut setelah tertegun sejenak dan sesaat tersadar, Rudi lalu bangun dan kemudian memeluk istrinya erat dan cukup lama sambil terdiam. Yuli hanya bisa pasrah tanpa mampu membalas pelukannya. Ia biarkan kedua tangannya tetap lemas, lurus sejajar dengan tubuh kurusnya.


"Maafkan aku istriku, aku sungguh bodoh dan tidak menyadari bahwa ternyata sebegitu dalamnya cintamu buat aku. Sehingga walau aku telah menyakitimu dan berniat menceraikanmu sekalipun, kamu masih tetap mau membawa serta diriku bersamamu dalam keadaan apapun..."


Kedua suami istri itupun akhirnya ikhlas berpelukan dan saling bertangisan melampiaskan penyesalannya masing-masing. Mereka akhirnya mengikat janji (lagi) berdua untuk tetap saling mencintai hingga ajal memisahkannya..


‘’ketahuilah sobat bahwa tujuan utama dalam pernikahan bukanlah hanya untuk mendapatkan keturunan, memang diakui keturunan sangatlah di harapkan dalam pernikahan, tapi masih banyak hal-hal yang perlu di selami dalam hidup berumah tangga.


Untuk itu kita perlu meluruskan kembali tujuan kita dalam menikah, yaitu peneguhan janji sepasang suami istri untuk saling mencintai, saling menjaga baik dalam keadaan suka maupun duka. Melalui kesadaran tersebut, apapun kondisi rumah tangga yang kita jalani akan menemukan suatu solusi. Sebab proses menemukan solusi dengan berlandaskan kasih sayang ketika menghadapi sebuah masalah, sebenarnya merupakan salah satu kunci keharmonisan rumah tangga kita.’’


"Harta dalam rumah tangga itu bukanlah terletak dari banyaknya tumpukan materi yg dimiliki, namun dari rasa kasih sayang dan cinta pasangan suami istri yg terdapat dalam keluarga tersebut. Maka jagalah harta keluarga yg sangat berharga itu..!"


Source:
kembanganggrek2.blogspot.com
ikutikutan.com
Dan sedikit di edit oleh misleim mizy.

Rabu, 15 Mei 2013

Selayang Pandang My School of Karzen 1

Pelepasan Guru Senior Memasuki Masa Purna Ibu Maemunah
sedu sedan penuh haru






















Gita Cinta SMA: Harusnya Aku, Bukan Dia


Harusnya Aku, Bukan Dia

Teringat akan masalalu yang kita lewati
Terasa indah, sejuk meresap didalam sanubari
Walau duka sempat singgah, hadapi bersama
Bahagia slalu dihatiku
Kini hilanglah sudah kisah, tinggallah kenangan
Saat dia datang, menghampirimu dengan segala janji
Berikan sudah semua atas nama cinta
Hapuskan cerita kita

#Ingatkah kamu by asap band

Setiap kali aku mendengar lagu itu, entah kenapa aku selalu teringat Saka. Yach, cowok itu adalah sahabat terbaikku semenjak aku duduk di bangku SMA. Terkadang banyak sekali teman-teman yang salah mengartikan hubungan kita, karena dimata teman-temanku, Tiwi dan Saka adalah dua sejoli yang saling mencintai dan saling menyayangi. Bagaimana tidak, hubungan persahabatan kita sering diwarnai kisah-kisah romantis yang spontan dan tidak sengaja sering kita pertontonkan didepan teman-teman sekelas.
Saat itu Rizal temen sekalasku, menjahiliku dengan memasukkan kucing di tas kesayanganku, aku nich benci banget sama kucing. Eh malah tuh anak masukin kucing di tas kesayanganku. Tanpa pikir panjang, aku langsung menjerit dan melempar tasku jauh-jauh dariku. “waaaa… siapa yang naruh tuh kucing di tasku..?” gayaku sambil bertolak pinggang didepan kelas. “hahaha… Tiwi Tiwi, sama kucing aja takut, malu-maluin banget sih..!” jawab Rizal dengan mata jailnya. “ouw, berarti kamu yang njailin aku Zal” akupun langsung mnghampiri bangkunya “keluarin tuh kucing atau aku bakal laporin kamu sama anggota pelindung kucing. Biar kamu ditangkep tyuz dipenjara bareng kucing-kucing ganas yang udah pernah makan manusia..!” “hahaha… mana ada tuh kucing pemakan manusia. kebanyakan nonton film kartun nech.” “Rizal, aku gag mau tau yah. Sekarang keluarin tuh kucing dari tas kesayanganku. Cepet..!” “males banget, kluarin aja sendiri.” Gayanya

sok cuek. Tak lama, Saka masuk kelas. “ada apa sih Wi..? jeritan kamu kedenger sampek kantin tuh, keras baget sih” “agh lebay kamu Ka, kantin sama kelas kita nih kan jaraknya jauh banget.” Jawabku dengan ekspresi sama sekali gag mood buat diajak bercanda. “kamu kenapa sih..?” “neh si Rizal, dia masukin kucing di tasku. Aku kan geli banget sama tuh kucing. Disuruh buat ngluarin tuh kucing malah gag mau. Njengkelin banget kan..!” gerutuku. Rizal yang saat itu ada di depanku malah senyum-senyum kayak orang gag punya dosa. “Apa`an sih kamu Zal, udah tau Tiwi benci banget yang namanya kucing. Pake acara njahilin dia sama kucing segala. Sekarang kluarin tuh kucing, atau kamu yang bakal aku buat kluar dari sini..!” ancam Saka dengan sok jantannya. “ya`elah Ka Ka, biasa aja kale`. Toh aku Cuma becanda.” “iya tapi becandamu kelewatan tau`…! Cepet kluarin tuh kucing..!” “iya iya…” jawab Rizal yang pada akhirnya menyerah dengan

keteguhannya, dan saat itu aku yang masih memasang ekspresi ngambek langsung ditarik keluar kelas oleh Saka dengan menggandeng tanganku. Setelah diluar kelas “udah gag usah ngambek lagi, tambah jelek tau` kalau kamu masang muka kayak gitu…!” “masih kesel tau` sama si Rizal” “yaudah, Rizal udah ngluarin tuh kucing dari tasmu kan.” “tapi masih kesel Saka..” “Tiwi, Rizal kan Cuma becanda. Maafin dia yach..!” rayunya dengan nada sok manis. “Tiwi, senyum dong..! hmz..gag ada kaca yah..? liat tuh mukamu kalo pas lagi nagmbek gini jadi keliatan tambah jelek. Ayow senyum..!” dan akupun mengembangkan senyumku dengan terpaksa. “ih, senyumnya maksa gitu. Jadi tambah kayak badut tuch” akupun akhirnya mulai sebel plus sedikit geli mendengar guyonannya “apa`an sich kamu…!” responku sambil memukul lengan Saka secara perlahan dengan senyumanku yang mulai mengembang pastinya. “nah, kalo` senyum gini kan jeleknya jadi gag keliatan

banget” “maksudnya, aku masih tetep jelek kalo udah senyum kayak gini.” “ea, itu kan udah ciptaan dari Tuhan Wi, jadi aku gag mungkin bisa bo`onglah. Beda sama aku, Saka yang udah dari sananya ganteng, meski dibagaimana`in juga tetep ganteng. hehehe” godanya kali ini. “ich, narsis banget sih kamu” jawabku sok cuek “halah, tinggal ngaku iya ajah susah banget sih. Ayow jawab iya dong..!” “gag, Saka jelek Saka jelek.. wlek…!” sambil menjulurkan lidahku dan aku berlari memasuki kelas, Sakapun juga mengikutiku dari belakang. Sesampai dikelas “Wi, akui dong kalo aku ganteng…” “gag agh, Saka tuh sekali jelek tetep jelek. Udah jelek narsis lagi” “Wi, apa susahnya sih bilang kalo aku itu ganteng..?”sambil memasang wajah dan nada suara yang sok melas “ya susahlah, orang kamu jelek kog” “agh, Tiwi gag asik. Ngambek deh ngambek” sekarang dia memasang ekspresi yang sok ngambek dengan bibir manyunnya “terserah lo…!”

responku yang sekali lagi dengan menjulurkan lidahku. Tak sadar, ternyata saat kita berdua melakukan guyonan itu semua mata teman-teman sekelas tertuju pada kita berdua. “prasaan baru lima menit yang lalu si Tiwi ngambek tingkat berat dech. Kog sekarang jadi aneh gini sih.” Cletuk Sinta, teman sekelasku “yaelah, kayak gag tau mereka aja sih kamu Sin. Mereka kan udah ada udang dibalik rempeyek tuh” cletuk Rizal mulai ngajak perang lagi “Eh, apa`an si kamu Zal, prasaan dari tadi kayaknya udah mau ngajak ribut” komentarku kini. “udahlah Tiwi sayang. Biarin aja, mereka tuh syirik sama kita.” Nada Saka dengan sok lembutnya yang seakan-akan saat itu aku memang -sesuatu- untuknya. “norak agh” “jiaah, kampungan lo” “waduh waduh, pusing dah” kini satu per satu teman-teman sekelasku mulai merespon ucapan Saka. Hmz, memang kampungan sih. Tapi bisa dibilang –sesuatu dech- hehehe.

Saka memang orang yang paling bisa ngerti`in aku dibanding sama temen-temenku yang lain. Bahkan feelnya padaku selalu tepat sasaran. Suatu hari selepas pulang sekolah aku berjalan sendiri melewati kebun yang tak ter-urus keberadaannya, dipertengahan jalan ternyata aku dihadang oleh 2 preman yang tiba-tiba menodongku. “heh. Cepet kasih duit atau apapun barang berharga lo ke gue..!” bentak salah satu preman itu dengan menodongkan pisau siletnya ke arahku, sedang yang satunya memastikan kondisi disekitar kejadian. “e…e… bang…maaf, aku gag ada uang buat dikasih ke abang” jawabku dengan nada gugup karna ketakutan “lo kira gue gag tau kalo anak-anak yang sekolah di tempat lo itu anak-anak orang kaya. Ahg kelamaan lo” preman itupun langsung merebut tasku yang saat itu berusaha dengan sangat susah payah aku pegang sangat erat, dan langsung mengobrak-abrik isi tasku. Aku yang saat itu memang diposisi terjepit dan ketakutan, gag bisa melawan para

preman itu, aku hanya bisa diam, takut, dan berdo`a berharap bala bantuan datang menghampiriku. Dan syukur ternyata Saka datang buat aku “woi, jangan beraninya sama cewek aja. Lagian percuma aja ngobrak-abrik tas itu sampek jelekpun kalian gag bakal nemuin barang berharga disana..!” teriaknya dengan lagak sok nantang para preman-preman itu. “siapa lo..? udah lo minggir sana, anak ingusan kayak lo sama sekali gag pantang buat nantang kita.” Bentak preman itu pada Saka “maaf ya bang, tolong balikin tas itu sama pemiliknya. Atau aku bakal ngambil tas itu secara paksa dari tangan abang..!” kini Saka terlihat begitu serius dengan ucapannya “lo kira gue takut apa sama lo..! sini maju lo…!” dan preman itupun menantang Saka untuk mengajaknya beradu kekuatan, hmz untung si Saka itu anggota ekskul bela diri, jadi dia dengan beraninya melawan dua preman tersebut dengan jurus-jurus bela dirinya, sedang aku yang melihat kejadian itu hanya bisa

diam, syok, seakan aku merasa ini mimpi apa bukan sih…? Kog serem amat adegan berantemnya, jadi kayak sinetron-sinetron. Eh, lebih parah ding. Dan Saat itu aku benar-benar was was melihat Saka melawan dua preman tersebut, dan prasaan itu semakin bertambah parah karna salah satu dari preman tersebut membawa pisau silet yang tadi sempat digunakannya untuk menodongku. Beruntung tak lama sejak kejadian itu berlangsung, datang segerombolan teman-teman sekolahku dan sejumlah warga sekitar yang membantu Saka dan akhirnya bisa melumpuhkan para preman jalanan itu. “kamu gag papa Wi..?” Tanya Saka dengan penuh kecemasan, saat itu aku memang benar-benar merasa ketakutan hingga spontan aku langsung memeluk Saka dan menangis di dadanya “aku takut Ka” “udah-udah, premannya udah ketangkep kog. tuh preman bakal langsung dibawa ke kantor polisi kog. Jadi kamu tenang ya Wi.” Ucapnya sambil mengelus punggungku yang memang saat itu aku masih memeluk erat

tubuh Saka. “udah ah, gag usah nangis gitu, jelek tau`..!” sambungnya sambil mengusap air mataku yang masih deras mengalir di pipiku “sekarang kita pulang, biar aku yang nganter kamu nyampek rumah” “hmz, makasih ea Ka” kini rasa takut itu berangsur mulai menghilang, dan akupun melepas pelukanku “iya, makanya lain kali kudu lebih hati-hati. Gag usah pake acara sok berani jalan sendiri ditempat sepi.” “iya deh iya, maaf. Janji deh gag bakal ngulangin lagi. Udah trauma ini” “ea jangan trauma juga Wi, ntar malah jadi aku yang repot kudu nganter kamu pulang pergi tiap hari gara-gara kamu trauma” gayanya mulai meledek “ya gag juga lah Ka, udah deh gag usah becanda, masih takut nih.” “iya iya, maaf. Yaudah yuk pulang..!” Sakapun menggandeng tanganku, sekali lagi adegan itu dilihat oleh beberapa teman-temanku yang berada ditempat kejadian perkara.

Dan masih banyak lagi kejadian-kejadian improv romantis lainnya yang meyakinkan teman-temanku untuk berdalil “Tiwi dan Saka itu dua sejoli gag sih..?.” dan selalu kami dengarn serempak menjawab “menurut loe..?” dan membiarkan teman-teman sekelas berdecak heran melihat tingkah laku kita berdua.

Tapi itu hanya cerita lalu, saat Niken anak baru disekolah kita datang. Sebelum Niken menjadi satu kelas bersama aku dan Saka. Dan sebelum Niken perlahan merebut perhatianku terhadap Saka. Niken memang anak yang baik, pinter dan yang lebih mengagumkan lagi dia termasuk finalis gadis sampul dari salah satu majalah terkenal di Jakarta, jadi tak heran Niken selalu terlihat cantik dimanapun dan bagaimanapun kondisinya.

Hingga Saka perlahan meniggalkanku demi menemani hari-hari Niken yang lebih berwarna. Dan saat itu pula aku merasakan Saka tidak menjadi sahabatku lagi, untuk lebih tepatnya cintaku yang selama ini terpendam yang tak berani aku tuk mengutarakannya kini telah meninggalkanku. Harus ku akui, kini aku mencintai Saka. Namun apa yang tengah aku rasakan saat ini, yang terjadi adalah keberuntungan sedang tak berpihak kepadaku, saat ku tahu ternyata Saka menyimpan asa besar yang terpendam untuk bisa memiliki Niken sang gadis cantik itu. Hingga pada akhirnya, Saka bisa mewujudkan keinginannya itu untuk bisa memiliki Niken, yah. Mereka jadian.
Sedang aku, hanya bisa terpuruk meratapi penyesalanku akan rasa cinta yang bertepuk sebelah tangan ini. Hingga kini aku berusaha untuk melupakan cinta, rindu dan rasa sayangku terhadap Saka. Karena aku hanya bisa menjadi sebatas sahabatnya yang pernah hadir dalam kehidupan masa SMAnya.