PPDB

PENDIDIKAN..... SDN1KARANGSENTUL......BERILMU, BERKUALITAS, BERLANDASKAN IMAN ----------:SDN1Karangsentul.com......Informasi Pengetahuan Populer,dan Edukatif

X

...

Rabu, 23 April 2014

Rekrutmen Guru, Kesehatan, Administrasi Melalui Penjaringan P3K (Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja)



Untuk mengisi kekosongan jabatan guru, pemerintah akan melaksanakan rekrutmen guru melalui penjaringan Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (P3K). Dengan diberlakukannya Undang-undang (UU) tentang Aparatur Sipil Negara (ASN) jabatan guru ke depan tidak hanya diisi oleh Pegawai Negeri Sipil (PNS).

Rekrutmen P3K menggunakan mekanisme ujian seperti halnya rekrutmen CPNS. Dari sejumlah pelamar yang mendaftar, akan diseleksi sesuai dengan kuota yang ditetapkan oleh pemerintah pusat. Meskipun berstatus non PNS, aparatur kategori P3K itu mendapatkan hak-hak kesejahteraan hidup yang hampir menyerupai PNS.

"Seperti gaji pokok sesuai standar, asuransi kesehatan, dan kesejahteraan sosial lainnya ada haknya," kata Kepala Biro Hukum dan Informasi Publik Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (Kemen PAN-RB) Herman Suryatman.

Peraturan Pemerintah sebagai implementasi teknis pelaksanaan rekrutmen guru melalui penjaringan P3K sesuai UU ASN itu saat ini sedang masa pembahasan. Menurut Suryatman, pengisian pegawai melalui skema P3K itu tidak hanya di lingkungan pendidikan saja. Tetapi juga sektor lain seperti kesehatan, administrasi, dan tenaga teknis lainnya.

Pengangkatan guru non PNS melalui P3K ini dipakai untuk pemerataan kualitas pendidikan di Indonesia. Sebelumnya Menteri PAN-RB Azwar Abubakar dan Mendikbud Mohammad Nuh sepakat, guru menjadi target pokok dalam kebijakan rekrutmen P3K. Sebab jika mengandalkan dari formasi CPNS baru, pemerataan sebaran guru berkualitas di Indonesia terbatas.


http://www.sekolahdasar.net/2014/04/rekrutmen-guru-non-pns-melalui-p3k.html

Selasa, 15 April 2014

Tes Seleksi CPNS Tahun 2014 Tidak Serentak

Semua instansi wajib menggunakan sistim CAT untuk tes seleksi CPNS.

Mulai tahun 2014 seluruh instansi baik pusat dan daerah yang melaksanakan tes seleksi penerimaan Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) wajib menggunakan sistem Computer Assisted Test (CAT). Inilah yang menyebabkan pelaksanaan seleksi CPNS 2014 tidak akan serentak lagi.

Pada tahun 2013 kemarin, sistem CAT sudah mulai digunakan oleh beberapa instansi untuk pelaksanaan tes seleksi CPNS. Karena masih banyak instansi yang belum siap dengan sistem CAT ini, seleksi CPNS juga dilaksanakan dengan sistem Lembar Jawaban Komputer (LJK) secara serentak .

Deputi SDM Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi (KemenPAN-RB) Setiawan Wangsaatmaja mengatakan tidak seperti tahun sebelumnya tes seleksi CPNS tahun 2014 akan dilaksanakan secara bertahap. Pasalnya seluruh instansi yang membuka lowongan CPNS 2014 wajib menggunakan CAT.

"Berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya yang pelaksanaan tesnya serentak, tahun ini diputuskan bertahap. Lantaran ada kewajiban seluruh instansi untuk mengikuti sistim CAT," kata Setiawan yang SekolahDasar.Net kutip dari JPNN (13/04/2014).

KemenPAN-RB dan Badan Kepegawaian Negara (BKN) telah mempersiapkan pelaksanaan tes seleksi CPNS tahun ini. KemenPAN-RB memberikan sosialisasi kepada seluruh instansi pusat dan daerah yang akan melaksanakan tes CPNS untuk menyiapkan diri. Sementara itu BKN melalui 12 Kantor Regionalnya pun sudah menyiapkan infrastrukturnya.

"Jadi bagi daerah yang jaraknya jauh dengan Kanreg BKN, bisa menyiapkan peralatan komputernya. Apakah dengan menggandeng Perguruan Tinggi Negeri (PTN) atau dengan menyewa komputer. Nanti dari BKN yang akan menyiapkan materinya," kata Setiawan.

Seleksi CPNS dengan sistem CAT ini dapat mencegah kebocoran soal. Dalam pembersihan dan penguncian data komputer akan melibatkan Lembaga Sandi Negara (LEMSANEG). Selain itu penggunaan sistem CAT lebih transpran, lebih menghemat waktu dan biaya. 

Pelaksanaan tes seleksi CPNS yang tidak serentak lagi memberikan kesempatan kepada pelamar untuk uji kemampuan di beberapa instansi. "setiap pelamar bisa saja melamar di lebih dari satu instansi. Tapi tidak masalah karena kan sistim pengujiannya sangat transparan dan langsung kelihatan kemampuan pelamarnya," ucapnya. 


SekolahDasar.Net | 13/04/14 | #Berita #Honorer #Penerimaan CPNS
Sumber: http://www.sekolahdasar.net/2014/04/tes-seleksi-cpns-tahun-2014-tidak-serentak.html#ixzz2z0ox9fRZ

Minggu, 13 April 2014

CINTAKU PADA SUAMIKU TAPI CINTAKU BUKAN UNTUK MERTUAKU

Rumah kecil berdinding tepas bambu, dengan ukuran yang tidak terlalu besar dan alas berlantaikan tanah, disitu tinggalah satu keluarga yang hidup serba kekurangan. Sebut saja namanya nek Anom. Beliau tinggal bersama cucunya yang bernama Bagus dan kek Paijan. Hidup yang penuh kekurangan tidak menjadikan keluarga ini melakukan yang tidak terpuji. Biarpun sudah tua, mereka masih saja bekerja demi sesuap nasi dan demi menghidupi cucunya yang tinggal bersamanya.
“Gus....bagus.... ooo..gus!! dimanalah kamu nak, udah jam segini kok gak siap-siap ke sekolah, ntar kamu terlambat ke sekolah. Terdengar suara nenek yang memanggil cucunya dari gubuk bambu.

Bagus adalah cucu nek Anom. Dia diasuh sejak kecil. Orangtuanya sudah lama menitipkannya kepada nek Anom, karena mereka harus bekerja keluar negeri sebagai TKW. Jika bicara tentang bagus, Ya.... dia anak yang bisa dibilang sedikit bodoh, karena faktor ekonomi membuat dia kurang mendapatkan gizi baik saat pertumbuhanya sehingga menginjak 9 tahun dia masih belum bisa baca dan tulis. Melihat kehidupan mereka, kepala desa tempat dia tinggal memberi bantuan kepada mereka dan menyekolahkan cucunya dengan Cuma-Cuma. Semua biaya sekolah ditanggung pihak desa setempat. Namun, karena bagus punya sifat yang agak idiot tidak ingin melanjutkan sekolah.

Hari lebaran yang ditunggu-tunggu umat islam telah tiba. Dimana banyak warga sekitar yang sibuk mempersiapkan untuk menyambut datangnya hari kemenangan itu. Ada yang pergi untuk membeli pakaian bagus-bagus untuk dipakai dihari raya, ada yang membersihkan rumah dan mengiasa rumah, ada yang sibuk di dapur untuk memasak. Namun tidak untuk keluarga nek Anom. Keluarga yang tinggal menumpang dengan warga itu hanya bisa duduk terdiam dan tidak melakukan hal yang istimewa untuk menyambut hari bahagia itu. Jangankan untuk membeli pakaian bagus, untuk makan sehari-hari saja mereka kekurangan.

Nek Anom sedih melihat cucunya Bagus. Dalam hati kecilnya nek Anom ingin sekali membelikan baju untuk bagus. Tapi dia hanya bisa berniat dalam hati. Orangtuanya yang menjadi TKW tidak pernah mengirimkan uang kepadanya. Bahkan untuk menanyakan kabar tentang mereka saja tak ada.
Kek Paijan yang bekerja mencari pucuk padi di sawah-sawah tentangga tidak bisa diharapkan lebih untuk mewujudkan niat itu. Ditambah lagi dengan kondisi kek Paijan yang cacat, dimana kaki kanannya tidak bisa berfungsi sejak dia lahir.

Melihat itu kadang tentangga memberi bantuan berupa makanan, dan pakaian bekas yang bisa mereka gunakan. Yang lebih sedih jika tanah yang mereka tumpangi itu harus direlakan dipakai kembali oleh si pemilik tanah itu. Sedihlah nek Anom dan kek Paijan untuk mencari tempat tinggal walaupun hanya sekedar menumpang.

Jauh dari kondisi ekonomi nek Anom, ada salah satu anak nek Anom yang sudah menikah dan memiliki 3 orang anak dan mereka tinggal disekitar itu juga. Pak kijan adalah anak nek anom yang menikah dengan istrinya yang bernama Ijum. Kehidupan mereka serba kecukupan. Rumah berdindingkan batu, berlantai keramik dan memiliki beberapa sawah yang lumayan lebar. Dengan kondisi yang begitu mewah, tak terlintas dipikiran ijum untuk membawa mertuanya tinggal bersamanya bahkan memberikan tupangan tanah pun enggan dia lakukan.

Lebaran pun dia lewatkan untuk bersilahturahmi ke rumah mertuanya yang miskin itu. Seperti cerita malinkudang saja yang lupa dengan ibunya. Tapi ini nyata apa adanya. Sungguh malang nasib nek Anom yang miskin dan harus menahan perih dari prilaku menantunya itu.

Sampai suatu saat kek Paijan jatuh sakit yang cukup lama, ijum menantu nek Anom tidak ada sedikitpun melihat ataupun menjenguknya. Hanya anak lelakinya saja yang melihat tetapi bantuan uang atau yang lainnya tidak didapat untuk kek Paijan. Sungguh tega si ijum kepada mertuanya itu. Harta yang berlimpah begitu tak bisa ia sisakan sedikit untuk membantu. Hari kehari kondisi kek Paijan sungguh memperhatinkan. Warga yang iba melihatnya memberi bantuan untuk mengobati penyakitnya. Tapi dengan kondisi yang sudah tak muda lagi, kek Paijan tidka bisa bertahan lama. Selang berobat beberapa minggu, kek Paijan menghembuskan nafas terakhirnya di gubuk tua yang ia tinggali.

Sejak kepergian kek Paijan, kehidupan nek Anom semakin memburuk. Khusunya kondisi ekonomi yang kian tak bisa ia penuhi. Nek Anom bekerja kesana kemari membantu warga untuk mendapatkan uang untuk kehidupannya. Dengan susah payah nek Anom bertahan hidup, sedikitpun tak ada niat si ijum untuk membantunya apa lagi membawa mertuanya tinggal. Ia biarkan saja mertuanya itu hidup dalam kesusahan.

1 tahun berlalu sejak kepergian kek Paijan, nek Anom masih bisa bertahan menyambung hidupnya dan cucunya. Ya... si bagus cucunya memiliki terbelakangan mental sudah tumbuh menjadi anak remaja tanggung. Dia mulai bisa bekerja untuk membantu kehidupan ekonomi neneknya itu. Kadang dia bekerja sebagai kuli batu, atau bekerja dengan tentangga lainnya. Sedikit demi sedikit si bagus bisa menyembuhkan kondisi keuangan neneknya itu.

Malang tak bisa ditolak takdir tak bisa dihindar. Mungkin itu kata-kata yang bisa dipakai untuk menantunya nek Anom. Musim panen padi yang lalu, si ijum gagal panen dan merugi besar akibat yang kerusakan padi. Padi yang ia tanam terserang hama penyakit yang menyebabkan gagal panen. Selang beberapa bulan, suami si ijum meninggal dunia karena darah tinggi. Kepergian suaminya itu tak juga membuka mata hatinya kepada mertuanya. Apa lagi suaminya sudah tidak ada, dia bahkan lebih tega dan lupa kepada mertuanya itu. Ibarat kacang lupa dengan kulitnya. Meskipun dia tinggal dengan anak-anaknya tetapi sikap angkuh dan sombongnya juga tidak berubah. Ditambah lagi kondisi ekonominya yang mulai merosot tanjam jauh dari kesuksesannya tidak juga menyadarkan dia kepada keluarganya.

Sungguh menantu yang tidak tau balas budi. Cinta dengan anaknya tak cinta dengan keluarganya, mau dengan hartanya tak mau dengan kesusahan keluarganya. Ternyata Allah tidak tidak tidur dengan apa yang dia perbuat. Apa pun yang ia tanam di sawah selalu gagal. Dan waktu pesta pernikahan anak gadisnya menjadi ancur-ancuran. Dimana ujan deras melanda tak ada hentinya, para undangan juga enggan datang dengan kondisi cuaca itu. Dengan kegagal tersebut hutang pun menumpuk. Sedikit demi sedikit sawah yang ia punya terjual juga.

Sedangkan nek Anom sekarang tinggal jauh dari menantunya itu dan ikut bersama anak dia yang lain. Mungkin cobaan akan terus terjadi kepada orang yang sudah tidak tau balas budi. Kini si ijum hidup susah hampir sama dengan kondisi mertuanya dulu. Semoga aja ini menjadikan pelajaran kepada kita agar tidak menjadi anak yang durhaka kepada siapa pun. Hidup janganlah sombong dan jadilah orang yang bersifat arif dan baik.

http://www.lokerseni.web.id/2013/05/cintaku-pada-suamiku-tapi-cintaku-bukan.html

SEMUANYA HANYA UNTUK AYAH

Pagi yang cerah di hari minggu. Ku tatap langit yang begitu cerah dengan dihiasi awan yang begitu putih seperti putih salju, dan dihiasi oleh kicauan burung yang menambah pagi ini semakin indah. Apalagi aku bisa menikmati hari ini dengan Ayah di taman belakang rumah. Karena aku terlalu sibuk oleh urusan sekolah ku tiap hari yang membuat ku jarang sekali menikmati indah nya dunia bersama Ayah walau pun Ayah hanya bisa menemani ku sembari duduk diatas kursi rodanya.
“Dinda hari ini kamu gak latihan apa?” tanya ayah tiba-tiba.
“Enggak Yah hari ini libur, capek masa tiap hari aku latihan terus. Aku kan mau nemani Ayah juga. Masa bik Inah terus sih yang nemani ayah sedangkan aku anak semata wayang Ayah jarang ngurusin Ayah.” jawab ku sembari terus mendorong kursi roda Ayah mengelilingi halaman belakang rumah.

Ayah ku terkena penyakit setruk, tangan kiri nya sudah tidak berfungsi lagi. Selain itu Ayah terserang penyakit diabetes. Aku adalah anak semata wayang. Bunda ku telah meninggal sejak aku kelas 1 SMA akibat kecelakaan. Aku adalah anak piatu, maka dari itu aku sangat sayang sama Ayah walau aku jarang dirumah gara-gara sibuk mempersiakan ujian yang sudah di lambang pintu. Dan biasanya setiap hari mingggu aku selalu latihan piano dan bulu tangkis.
“Enggak apa-apa kok sayang. Ayah ngerti kamu tuh harus konsen belajar. Kamu gak usah pikirin Ayah yah?”

Aku pun menghentikan kursi roda. “Ayah maafin Dinda ya..Dinda memang bukan anak yang baik untuk Ayah.” Kata ku sembari menunduk dan berurai air mata.
“Enggak Dinda, Ayah cukup bangga sama kamu. Kamu anak yang baik,pintar,rajin dan berprestasi..” ucap Ayah sembari mengelus kepala ku.
“Dinda sayang Ayah.” Kataku sembari memeluk tubuh Ayah. “iya sayang ayah juga.”
“oh iya Ayah besok Dinda akan mengikuti perlombaan piano tingkat kota Yah. Doakan Dinda ya yah.” kataku sembari melepaskan pelukan Ayah.
“iya sayang pasti Ayah doakan kamu menan,. Ayah yakin kamu pasti bisa jadi yang terbaik. Menang lah demi Ayah ya.” pinta Ayah pada ku.
“iya Yah, Insaallah.” kata ku sembari meneteskan air mata.
Keesokan harinya setelah pulang sekolah aku langsung bergegas menuju ketempat pertandingan bersama Ayah dan bik Inah pembantu ku. Bik Inah bagi ku seperti ibu kandung ku maka setiap ada pertandingan aku selalu mengajak dia.

Setibanya di tempat pertandingan ternyata yang ikut lomba lumayan banyak. Wajar aja sih ini perlombaan tingkat kota. Aku mendapat nomor urut 56 sedangkan yang mengikuti perlombaan sebanyak 80 orang. Belum tiba giliran ku tampil tiba-tiba muka ayah pucat dan badanya bergemetar. Aku yang melihat kejadian itu langsung panik dan menangis karena tiba-tiba Ayah tidak bisa bicara.
“Ayah kenapa yah.? Bik telvon rumah sakit yah pesan ambulan cepat.” perintah ku pada bik Inah. Tak lamakemudian ambulan datang, dan Ayah dimasukan kedalam ambulan. Aku pun masuk kedalam ambulan itu meninggalkan acara itu. Aneh tiba-tiba Ayah bisa bicara walaupun terbata-bata.
“Din..da..mau..kemana..bi..ar..ayah..ditemani..bik Inah..ka..mu..harus ikut..perlom..baan ini,,ayah..yakin..kamu bisa..bawa..pu..lang..piala itu..untuk..Ayah..yah..”
“iya yah pasti yah doain Dinda, Dinda sayang Ayah semoga Ayah cepat sembuh..Dinda akan membawa piala itu untuk Ayah.. Dinda janji Yah.” kataku sembari terus menangis. Tapi air mataku tak ada gunanya. Ambulan itu terus berjalan meninggalkan ku, Dan aku pun kembali memasuki ruangan itu kebetulan nama ku dipanggil. Aku pun langsung tampil dengan terus berurai air mata memikirkan keadaan ayah dan brusaha tetap menampilkan yang terbaik karena aku yakin aku bisa membawa piala itu untuk Ayah.

1 jam telah berlalu aku belum dapat kabar tentang keadaan Ayah karena dari tadi bik Inah tidak bisa dihubungi. Dan itu semua makin membuat ku cemas dan binggung bagai anak ayam yang kehilangan induknya. Tiba-tiba ku mendengar nama ku dipanggil oleh dewan juri. Aku tidak sadar kalau pengumuman pemenang perlombaan telah dimulai.
“ Dinda Khairunissa.” Teriak juri itu penuh semangat disertai tepuk tanggan para penonton dan para paserta lomba itu. Dan betapa terkejutnya aku ternyata aku menjadi juara 1. setelah menerima piala itu aku pun langsung minta izin kepada dewan juri untuk pulang lebih dulu. Dan itu membuat para juri heran dan binggung.

Tanpa pikir panjang lagi aku langsung kerumah sakit. Setibanya di rumah sakit aku lalu menanyakan ruangan Ayah pada resepsionis dirumah sakit itu. Setelah mengetahui ruanganya aku pun langsung berlari sambil meneteskan air mata. Dan ketika tiba di UGD betapa terkejutnya aku ketika melihat tidak ada Ayah disitu. Tapi ketika ku membalikan badan aku melihat bik Inah sedang menangis.
“Bibik...” panggil ku sembari berlari menghampiri bik Inah. “ non Dinda..”
“Bibik kenapa nangis? gimana keadaan Ayah? Ayah baik-baik aja kan bik?” tanya ku pada bik Inah.
“Non harus sabar yah.. Ayah non Dinda kembali kepada-NYA.” Jawab bik inah dengan ragu.
“Apaaa? gak mungkin bik, Ayah gak mungkin meninggal? sekarang ayah dimana bik?” tanya ku sembari menangis histeris.
“Dikamar mayat non.” Aku yang mendengar jawaban bik Inah langsung berlari dan diikuti oleh bik inah dari belakang.
“Ayaaaahhhhhhhhh....”seru ku sembari membuka penutup wajah Ayah, Ayah jangan tinggalin Dinda sendiri Ayah, Dinda udah nepati janji dinda untuk pulang bawa piala ini Ayah.” kata ku sembari memeluk badan Ayah yang sudah tak bernyawa lagi.
“Non harus sabar yah, ini mungkin cobaan untuk non.”
“Iya makasih bik.” Kataku sembari mengecup kening ayah dengan lembut dan kasih sayang.



http://www.lokerseni.web.id/2013/04/semuanya-hanya-untuk-ayah-cerpen-sedih.html

SURAT SEDERHANA UNTUKMU, KAKAKKU!!

Dear Kakakku tersayang,

Tidak terasa kita sudah semakin beranjak dewasa, tanggal 19 Desember kemarin aku baru saja memperingati hari jadiku yang ke 19 tahun dan sebentar lagi hari jadimu akan segera menghampirimu. Kakak, entah mengapa seharianini aku selalu memikirkan kehadiranmu, teringat tentang semua masa-masa yang telah kita lalui bersama dan masa disaat kita bertengkar, saling menyalahkan satu sama lain terutama disaat kamar berantakan.

Kakak, aku selalu menyimpan kagum padamu, mengapa engkau begitu pintar sedangkan aku tidaklah sepintar dirimu. Engkau begitu mudah memahami pelajaran matematika dan sains, aku ingin seperti dirimu yang selalu pulang dari sekolah dengan menunjukkan nilai sempurna pada mama dan ayah.
“ engkau adalah adik kesayangan kakak yang mempunyai banyak bakat, kakak ingin dapat bernyanyi dan menulis sepertimu.”

Aku tersadar, bukankah Tuhan menciptakan makhluknya dengan sifat dan kemampuan yang berbeda- beda? Kakak, kalimatmu itu membuatku menjadi percaya diri untuk menunjukkan setiap nilai tentang kemampuanku dalam seni, menulis yang aku dapatkan dari sekolah kepada mama dan ayah. Kalimatmu itu menyadarkanku bahwa sesungguhnya aku juga memiliki kelebihan sama seperti dirimu walaupun dalam bidang yang berbeda.

Kakak, engkaulah seseorang yang selalu ingin melindungiku, seseorang yang ikut terluka disaat melihatku menangis.

Masih ingatkah engkau pada suatu malam disaat kita ingin memejamkan mata? Saat itu aku mencurahkan isi hatiku hingga membuatku menangis. Ya... aku mencurahkan tentang semua sikap teman – temanku di kelas yang selalu memperolok-olok diriku ku, mereka bilang aku ini jelek dan selalu menjadi bahan tertawaan mereka. Aku terus menangis dan engkau hanya diam sambil mendengarkan kecenganku padasaat itu. Setelah semua isi hati yang menyakitkan itu keluar dari bibirku, engkaupun merasa marah, engkau ingin menghampirinya satu persatu untuk menyadarkan mereka dan memberikan kaca sebesar-besarnya untuk mereka bercermin, tetapi aku menahannya karena aku tidak ingin hal itu menjadi runyam. Keesokan harinya, aku membaca pesan mu yang engkau kirimkan kepada sahabatku, jujur saja aku tidak dapat menahan airmata, di dalam pesan itu engkau menjelaskan semua isi hatiku semalam, engkau bilang hatimu terasa sakit disaat mendengarkan adikmu yang diperlakukan seperti itu, engkau juga bilang bahwa engkau sangatlah menyayangiku dan tidak ingin melihatku sakit lagi seperti dulu, karena dulu engkau hampir saja kehilanganku untuk selama- lamanya disaat penyakit itu menyerang tubuhku.

Dan, aku tidak akan pernah lupa dengan semua perhatianmu yang selalu engkau berikan untukku terutama disaat aku sakit. Disaat aku sedang menahan rasa sakit di kamar, engkau tidak pernah lupa untuk menyelimuti dan mengelus tubuhku hingga ku melupakan rasa sakitku dan akhirnya tertidur. Aku juga masih ingat disaat kita masih duduk dibangku SD, engkau lah yang menyuapi kuah sup untukku.

Kakak, engkaulah seseorang yang setia bagiku,
Dulu disaat kita masih duduk di bangku SMA, engkau selalu setia menghantarkan aku kesekolah dengan menggunakan sepeda motor dan setelah itu barulah engkau pergi menuju kesekolahmu. Tidak peduli dengan kondisi apapun. Aku masih mengingatnya, pagi itu hujan turun sangat deras, saat itu kita memakai seragam serba putih, aku sempat menyimpan ketidaktegaan padamu karena jika engkau menghantarkan aku kesekolah seperti biasanya, pasti rokmu akan kotor tetapi, saat itu engkau segera melepaskan rokmu dan menaruhnya didalam tas, engkau rela memakai celana panjang hitam itu hanya untuk adikmu ini. Engkau juga selalu setia untuk menjemputku karena engkau tidak ingin melihatku letih walaupun sebenarnya engkau merasakan hal yang sama.

Terkadang, disaat oranglain tidak memperdulikan tentang apa yang telah aku lakukan, maka engkaulah yang selalu menunjukkan kepada oranglain tentang semua karya-karyaku, engkau juga bilang kepada mereka bahwa engkau sangatlah bangga memiliki aku.

Kakak, banyak hal yang kita lalui dengan tawa dan airmata,
Saat itu, kamar terlihat berantakan sekali, tumpukan buku-buku persiapan ujian nasionalmu berada disana sini belum lagi pernak-pernik kerajinan tanganku tetapi kita malah saling menyalahkan satu sama lain, beradu argument, padahal kamar itu berantakan karena kita berdua. Lucu juga jika kejadian itu aku kenang sekarang ini kak. Terkadang, kita sering bertengkar karena hal-hal yang sepele dan menangis jika salah satu dari kita tidak ada yang mau mengalah, kita juga sering membanting pintu, menguncinya dan mengurung diri dikamar.

Tetapi, beberapa jam kemudian, suasana hati kita kembali mereda, kita mulai merapikan kamar bersama-sama. Disaat kita sedang membersihkan lemari pakaian, kita sering memakai pakaian yang berada ditumpukan paling bawah, menyesuaikannya dengan pakaian yang lainnya. Kita saling berbagi cerita tentang apa yang teman bilang mengenai pakaian yang kita pakai, mereka bilang mengapa pakaian yang kita pakai selalu berbeda, unik, dan sempat ada yang bertanya dimana kita mendapatkan pakaian itu. Padahal pakaian itu adalah pakaian lama yang selalu ada didalam lemari kita bertahun-tahun lamanya, dan jarang saja kita memakainya. Kita senang memakai pakaian lama karena itu membuat kita berbeda dengan yang mereka pakai untungnya kita dapat memadu padankannya sehingga pakaian itu tidak terlihat kuno. J

Masih ingatkah engkau dengan semua kekonyolan kita disaat ber-make up di jam 12 malam, saat itu kita sama-sama tidak bisa tidur, bingung ingin mengerjakan apa dan terlintas dibenak kita untuk melakukan itu. Kita memakai dress, high hills dan setelah itu berfoto-foto. Malam itu kita tertawa kecil dengan hasil make up, dan foto2 yang lucu. J

Kakak, engkaulah seseorang yang selalu menginginkan agar aku terlihat cantik,

Aku adalah termasuk seseorang yang tidak begitu memperdulikan kesehatan kulitku tetapi engkau yang selalu membelikan lulur dan lotion untukkku disaat uang simpananku tidak ada, engkaulah yang selalu mengajakku untuk luluran satu sama lain dengan waktu yang telah kita sepakati. Jika aku memakai baju-bajumu engkau tidak pernah marah malah engkau bilang,
“pakai saja baju itu untukmu dek karena engkau terlihat anggun dengan baju itu.”

Aku hanya terdiam dan mencoba menolaknya tetapi engkau tetap memberikan itu untukku dengan alasan engkau masih memiliki banyak baju yang indah.

Kakak, masih ingatkah pesan singkat yang aku kirimkan ke handphonemu sesaat sebelum aku pergi dari Indonesia? Ucapan maaf atas semua sifatku dan ucapan terimakasih atas semua yang telah engkau berikan untukku? Tetapi engkau malah meminta maaf tidak dapat menghantarkanku ke bandara karena jadwal kuliahmu yang terlalu padat dan engkau minta maaf dengan semua sikapmu, engkau bilang banyak kata-katamu yang telah menyakiti hatiku dan engkau tidak pernah lupa menyebutku sebagai adik kesayanganmu.

Kakak, aku sering melihatmu menangis jika harus pulang ke indramayu dihadapan aku, mama dan ayah tetapi aku malah meledekmu, aku bilang engkau sangatlah cengeng, semua itu aku lakukan karena aku tidak ingin membuatmu bertambah sedih dan berat meninggalkan rumah padahal sesungguhnya, aku selalu ingin menangis jika melihatmu seperti itu. Semenjak engkau kuliah di Indramayu, jujur saja aku merasa rindu padamu, biasanya kita selalu berbagi cerita sebelum tidur, dan aku selalu menunggumu masuk kamar terlebih dahulu karena aku adalah seseorang yang paranoid terhadap hantu tetapi, semenjak itu aku harus tidur tanpa cerita darimu, harus membiasakan diri untuk berani dan aku merasakan seperti ada yang hilang, yaitu dirimu kak.
***

Kakak, itu hanyalah sekilas cerita kita yang aku ringkas untuk meredakan kerinduanku padamu, aku harap engkau baik-baik saja disana, aku bangga padamu kak!!

Semoga catatan ini juga dapat meredakan kerinduanmu padaku, aku sangatlah menyayagimu kak, terimakasih untuk semuanya, engkau rela melakukan apa saja untuk melindungiku. Kakak, hatimu secantik parasmu, semoga Allah selalu melindungimu dimanapun engkau berada.

Kak, aku merindukan kamar itu, Ayah bilang, terkadang Ayah sering terbangun ditengah malam dan masih mengingat kebiasaannya untuk melihat kita yang sedang tertidur dikamar itu tetapi, ayah hanya melihat kasur springbed yang tertata rapih dengan dibaluti sprei kesukaan kita, tanpa ada kita yang tertidur pulas seperti biasanya. Ayah selalu melakukan itu disaat merindukan kita kak, membuka pintu kamar dan memandanginya hanya untuk beberapa menit dan itu seakan membuatnya dekat dengan kita. Ayah dan Mama juga bilang bahwa mereka bangga pada kita kak, mereka bilang kita adalah jiwa yang tangguh.

Kakak, semoga kita dapat setangguh seperti yang mereka rasakan, selalu semangat kakakku, aku sayang padamu kak!

http://www.lokerseni.web.id/2013/04/surat-sederhana-untukmu-kakakku-cerpen.html

DEMI SEBUAH AMANAT AYAH

“Menikahlah sebelum ayah pergi untuk selama-lama nya nak”! bisik ayah secara lirih di telingaku, ku lihat tubuhnya yang terbujur lemah. Ya ayahku sakit, setelah kejadian beberapa hari lalu penyakit jantung ayah kambuh yang menyebabkan tubuh tua rentannya tak berdaya. Pesan itu seolah menjadi panah yang begitu menusuk jantungku, serasa aku memikul beban berat di bahuku. Gadis mana yang akan aku nikahi, akankah kekasihku yang baru memulai untuk menggapai cita-citanya mau ku nikahi. Oh rasanya tak mungkin.Leni itulah nama kekasihku yang baru memulai pendidikannya di universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka untuk mecapai cita-citanya sebagai seorang ahli gizi. Ya aku harus menemui dia.
***

Aku berdiri disini menunggunya, menunggu di sebuah taman kota tempat aku dan dia biasa bertemu. Ku lihat dari kejauhan ia yang berjalan perlahan namun tegas, sekarang ia tepat disampingku dengan senyumnya yang mampu meneduhkan jiwaku. Batinku “oh tuhan, akankah gadis yang ku cintai ini menerima lamaranku ?”. lidahku serasa kelu hanya angin sepoy sepoy yang menemani kebisuan antara aku dan dia.”Kak ?” suara lembutnya memecahkan keheningan. “Ya Len, Leni maukah menikah dengan kakak ?” kalimat itu tak terduga terucap dari bibirku, ku lihat wajah cantik nya penuh keheranan. “apa yang baru saja kaka katakan, betulkah yang aku dengar tadi,tak tuli kah telingaku ini ?” pertanyaan bertubi-tubi terlontar dari dia. “leni harus kamu ketahui, semua ini bukan rencana kaka, kaka tahu pernikahan sedini ini tidak mungkin di lakukan tapi semua ini demi ayah, leni tahu betul bukan bahwa ayah sedang sakit, kemarin ayah berpesan kepada kaka ‘menikahlah sebelum ayah pergi untuk selama-lamanya’. 

Kaka serius melamarmu, karna kamu adalah gadis yang kaka cintai,mohon dipikirkan kembali dan sekali lagi kaka katakan, maukah leni menikah dengan kaka ?” tak terasa air mataku menetes di pipi yang tak mampu bertahan di rengkuhan kantungnya. leni terdiam. Aku tahu semua ini sulit antara cita-cita dan cinta.kemudian terdengarlah leni menjawab dengan bergetar “jujur saja aku tak pernah mencintaimu” ia terdiam sejenak “sehebat ini” makin terdengar isak tangisnya.”tapi aku harus memilih, ada orang tua yang menaruh harapan padaku. Bagaimana mungkin aku menikah di usia sedini ini, semua itu tak mungkin kak, maaf aku tak bisa menerima lamaran kaka” leni pergi berlalu meninggalkanku, ku tahu semua ini berat untuknya tapi apapun keputusannya aku dapat memahami.
***

Dua hari berlalu setelah pertemuan itu keadaan ayah belum membaik, aku berharap Tuhan menyembuhkan ayahku tak mengambil senyumnya dari hadapanku dan ibu ku meski rasanya itu tak mungkin tapi harapan itu masih tersimpan di dalam relung bathinku. Ibu yang selalu setia menemani ayah tak pernah mampu berhenti menangis, yah aku tahu rasanya sakit seolah aku pun ingin menggantikan sakitnya ayah, aku seorang calon dokter tapi tak mampu menyembuhkan ayah. Aku rangkul ibu dan ku ceritakan apa yang telah ku usahakan untuk memenuhi pesan dari ayah. “ibu, leni tak menerima lamaranku” kemudian ibu menjawab masih dengan isak tangisnya “lalu bagaimana nak ?” “entahlah bu, bagaimana jika aku tak mampu memenuhi amanat ayah ? ku berbalik tanya kepada ibu. “temuilah airin sahabatmu, mungkin ia mampu memecahkan masalah ini nak”
***

Rumah mewah bercat putih itu adalah tempatku berdiri saat ini menunggu sahabatku, aku sedang berada dirumah sahabatku sejak kecil. Dialah tempatku mengadu, tempatku berbagi, dan semoga kali ini dia mampu membantu menyelesaikan masalahku. Di hadapan airin aku ceritakan semua masalahku. “apa yang harus aku lakukan fano, tidak mungkin aku mampu mencarikanmu gadis yang mau di nikahi dengan situasi seperti ini” respon airin kemudian. 


Harapanku punah, airin pun tampak kebingungan dengan situasi seperti ini. Terlintas di benakku mengapa tidak airin yang ku nikahi, toh pernikahan ini hanya untuk memenuhi amanat ayahku “bagaimana jika kamu yang ku nikahi ? tolonglah aku airin, tidak mungkin aku meminta gadis-gadis di jalan untuk menikah denganku. Seperti katamu tidak sulit mencari Gadis yang mau di nikahi dengan situasi seperti ini bahkan leni kekasihku menolakku, harapanku hanya ada padamu airin” aku bersimpuh dihadapan airin. Airin sungguh kaget mendengar ucapanku “lalu bagaimana dengan kekasihku, 9 tahun bukanlah waktu yang singkat yang telah ku lalui bersama dia, tak mungkin aku sanggup mengatakan padanya, tak mungkin aku sanggup mengkhianatinya,sanggupkah kamu menghianati sahabatmu sendiri,lalu bagaimana dengan orang tuaku sedangkan di satu sisi akupun ingin membantumu”. Aku terus membujuk airin, aku tahu dia sahabat terbaikku sepanjang masa, tak mungkin dia membiarkanku sendiri dalam kesulitan ini. Ya akhirnya aku mampu meyakinkan airin bahwa semuanya akan baik-baik saja setelah pernikahan kami berdua. Tugasku sekarang adalah menemui kedua orangtua nya dan kekasihnya.
***

“kau anggap apa pernikahan, sebuah permainan ? bagaimana mungkin kau mau menikahi putri semata wayangku dengan keadaan seperti ini, akan ada banyak pihak yang tersakiti” cercaan ayah airin kepadaku yang membahana di ruang tamu rumah airin, aku harus menjawab dengan hati-hati, semua ini tidak mudah demi ayahku “aku tahu om, pernikahan bukan permainan, maafkan aku jika yang ku mintai tolong adalah putri om karena putri om adalah sahabatku,ini semua demi amanah ayahku”. “pergi kau airin, terima lamaran sahabatmu itu tapi jangan harap ayah mau menjadi wali di pernikahanmu” suara ayah airin yang keras membahana seakan mengobrak-abrik seluruh hatiku, tuhan, aku telah mengorbankan kebahagiaan sahabatku, menyakiti hati kekasihnya, juga menyakiti hati kekasihku leni. Hatiku miris membayangkan leni yang mungkin tiada hentinya meratapi semua kejadian tak terduga ini.
***

Esok 11 April 2014 adalah hari yang ku tentukan untuk menikahi airin dan sekarang airin akan menemui kekasihnya di kampus tempat kami kuliah bersama. Ku perhatikan mereka berdua dari kejauhan, sepertinya airin menangis.
***

“Tawa denganmu beberapa hari yang lalu ternyata hanya semerbak yang melintas tanpa menetap. Sebab dalam detik ini berita yang kamu sampaikan meluluhkan benteng tawaku. Meluruhkannya jadi debu, meninggalkan aku sendiri dalam tatapan nanar berbayang, tak fokus oleh sebab mata ini terpenuhi air yang mengamuk melepaskan diri dari rengkuhan kantungnya.” Itulah kata yang di ucapkan alif kekasih airin saat mendengar penjelasan airin.airin tak kuasa menahan tangisnya. 9 tahun laki laki inilah yang menemaninya, yang mencintainya, yang memahami segala kekurangannya. “oh tuhan, aku harus bagaimana, sahabat ku membutuhkanku tapi aku tak yakin aku sanngup melewati detik-detik itu, pernikahan dengan sahabatku, dan kekasih 9 tahunku yang di utus ayahku untuk menjadi waliku” bathin airin.”maafkan aku,maafkan aku,maafkan aku” airin bersimpuh di hadapan laki-laki yang teramat sangat ia cintai. “aku mengerti sungguh aku pun memahami, sebuah amanat yang sangat penting di jalani apalagi itu dari orang tua, pergilah airin, berbuat baiklah, berjalanlah di jalan yang benar, ingat pesanku lakukan semua ini karna Allah, insya Allah aku sanggup melangkah meski hanya dengan bayangmu, semua ini membuatku belajar akan keikhlasan, membuatku belajar apa arti kesetiaan, membuatku belajar apa arti persahabatan, tolonglah sahabat kita itu, aku ikhlas, lebih tepatnya belajar untuk ikhlas, ketahuilah hati ku sakit melepaskanmu setelah 9 tahun lamanya kita bersama, begitu banyak hal yang kita lewati, saat masa cinta monyet kita saat smp dan kedewasaan yang tumbuh ketika kita berdua duduk di bangku kuliah, airin cintaku takkan pudar, tak kan hilang di lekang waktu, biarkan waktu berputar dengan rotasinya dan biarkan aku sendiri” tegas alif dengan airmata bercucuran di pipinya.

Aku tahu inilah saatnya aku menemui kedua sahabatku alif dan airin, aku memeluk alif “maafkan aku sob” itulah yang mampu aku ucapkan “aku akan jaga airin” lanjutku.“ya jaga airin untuk aku” tegas alif sekali lagi.
***

11 Nopember 2011, aku dan airin datang ke rumah sakit tempat ayah di rawat. Tak ada pesta meriah, tak ada makanan khas di acara pernikahan, tak ada pakaian khas pernikahan. Hari ini aku hanya memakai kemeja hitam tanpa jas dan tanpa sepatu pernikahan. Airin pun tak memakai gaun pengantin ia hanya mengenakan kaos putih panjang. Suasana seperti ini memang bukan seperti acara pernikahan meskipun pada kenyataannya akan melaksanakan akad nikah di hadapan ayah. Saat masuk ke ruangan ayah seluruh keluarga besarku sudah berkumpul, hanya beberapa dan benar – benar yang terdekat, tidak semua nya aku beritahu. 


Ada alif di samping ibuku dengan mata lebamnya, alif yang di utus menjadi wali oleh ayah airin, tak ada keluarga airin satupun yang sudi datang ke acara pernikahan kami. Miris, sungguh miris hati ku. Aku telah hancurkan impian airin sahabatku. Aku telah hancurkan angan-angan alif sahabatku, aku telah kecewakan keluarga airin dengan keputusanku, aku telah mengobrak-abrik hati leni kekasihku. Tapi, apa lagi yang mampu aku perbuat, semua demi ayah, demi ayah. 


Aku sempatkan menelpon leni sebelum acara akad nikah di mulai. “assalamualaikum,” kata ku setelah telpon di terima “ya waalaikumsalam” jawab leni. Aku bisa menebak dari suaranya, leni sangat terpukul, suaranya begiti serak dan berat mungkin karena menangis semalaman, “maafkan kakak leni, semua ini kakak lakukan demi ayah” kata ku dengan terisak, leni diam, suara di sebrang sana hanya isak tangis. Kemudian telpon mati mungkin karena leni sudah tak sanggup berbicara lagi. TUHAN, aku makin merasa bersalah. Tunjukan aku petunjukmu ya Robb.
***

Penghulu pernikahan aku dan airin sudah datang, ayah tersenyum bahagia dan aku berusaha melesapkan kegalauan hati ku, ayah aku ingin ayah tersenyum dalam sakit ayah. Kalimat akad nikah pun di ucapkan. Aku dan airin mengikrarkan janji sebagai seorang suami istri, sungguh seseuatu yang tidak pernah sedikitpun terlintas di benakku. Bagaimana perasaan alif yang menjadi wali untuk pernikahan kekasihnya, “maafkan aku alif” bathinku.
“Sungguh, kesalahanku kali ini adalah berada disini. Menyetujui sesi pengabadian cinta dua insan ini, karena sang calon mempelai laki-laki ini yang mengiba padaku kemarin sore” bathin alif dengan penuh rasa perih. Setelah beberapa jam akhirnya acara akad nikah selesai. Kini aku sudah sah menjadi suami dari sahabatku airin, airin tak mampu membendung air mata nya, ia terus menangis, dan aku mengijinkan airin pergi bersam alif untuk menyelesaikan masalah nya dengan alif yang belum selesai, tentunya tanpa sepengetahuan ayah, aku tak ingin ayah sedih jika ayah mengetahui bahwa pernikahan kami ini tidak berlandaskan cinta. Keluarga besarku sudah pulang sungguh mengharu biru acara pernikahan ku itu seisi ruangan menangis begitu juga dengan dokter yang merawat ayah yang ikut menyaksikan pernikahan ku. 


Kini hanya tinggal aku, ayah, dan ibu di ruangan itu di apit oleh dinding-dinding rumah sakit yang seolah menjadi saksi kepedihan keluargaku. “kemana airin nak.?” Tanya ayah dengan suara parau. Gugup aku menjawabnya, berusaha menguras otak ku untuk menjawab pertanyaan ayah dengan tepat. “hmm e e e airin pergi k minin market yah untuk membeli bahan makanan untuk masak nanti sore dan makan keluarga kita.” Jawabku masih dengan gugupku. “sungguh, menantu yang baik, pandai betul kamu memilih calon istri” sambut ayah dengan senyumnya yang khas. “iya ayah” tegasku.
***

Maaf, aku gagal memperjuangkan kita, airin. Pintamu kemarin telah aku penuhi kini. Tanpa gugatan, aku menjalankan peranku dalam pengabdian cintaku atasmu. Meski dalam relung ini jiwa menjerit meronta "seharusnya aku yang ada dalam pernikahan itu bersamamu, seharusnya aku yang menjabat tangan penghulu itu dan seharusnya aku yang mengucap janji sehidup semati bersamamu, seharusnya aku yang mencium keningmu setelah ikrar di ucapkan” kata-kata alif seolah meruntuhkan dunia di atas kepala airin. 


Airin sakit mendengarnya, airin tak mampu menghentikan air mata yang terus mengalir deras dari mata nya. “maafkan aku alif, maafkan aku, itupun mimpiku, yang ku inginkan kamu yang menjadi suamiku tapi aku tak sanggup pula melihat kesedihan sahabat kita, pilihan ini sungguh berat bagi ku, mengertilah aku alif, mengerti aku, mungkin aku memang bukan bagian dari tulang rusukmu, aku tak mungkin mampu melupakanmu, melepaskan bayangmu dari benakku, terimakasih alif selama 9 tahun kamu menjaga aku, menjadi seseorang yang paling mengerti aku, menjadi sosok yang selalu aku kagumi dan aku cintai, kini biarkanlah aku pergi dengan sahabat ku. Ini pilihan yang berat tapi dalam hukum islam aku sudah menjadi istrinya yang sah”. Airin bersujud di hadapan alif. “ya pergilah” mungkin hanya dua kata itu yang mampu di ucapkan alif dan airin pergi berlalu dengan uraian air mata di pipinya.
***

Sekembali nya airin ke rumah sakit di ruangan ayah fano dirawat sudah tidak ada siapa-siapa. “mungkinkah ayah sudah sembuh” pikir airin “tapi rasanya tidak mungkin karena kata dokter ayah masih kritis” lanjut batinnya. Kemudian airin bertanya kepada suster. “sus kemana bapak yang dirawat di ruangan ini”. “sudah meninggal mba jam 3 sore tadi, baru saja jenazah nya di bawa pulang” jawab suster itu. “inalilahi, oh Tuhan bagaimana dengan fano”. Airin pun bergegas ke rumah pano.
***

“airin” kataku dan ku peluk airin sejadi-jadinya. Setelah airin tepat berada di sebelahku dan melihat tubuh ayah sudah terbujur kaku. Air mata airin berjatuhan di mataku mungkin airin pun bisa merasakan apa yang aku rasakan. Hatiku begitu hancur, Tuhan telah mengambil senyum ayah dari hadapan aku dan ibu ku. “tabah fano, ini sudah takdir Allah” airin mencoba tenangkan hati ku. “hari ini adalah hari yang begitu berat bagiku airin pagi nya aku menikahi kamu sahabat karibku merebutmu dari alif sahabatku demi amanat ayah, tapi detik ini aku kehilangan ayah, ayah benar-benar pergi setelah aku menikah” bisikku di telinga airin mencoba mengeluarkan segala runtuhan kekacauan hatiku. 


Ayah di makamkan malam ini juga, ibu tak hentinya menangis tak ubahnya anak kecil yang kehilangan barang kesayangannya, sengaja tak ku beritahu leni agar tak menambah air mata orang-orang yang aku kasihi. “Tuhan begitu berat cobaanmu. setelah semua kejadian ini akankah ada kebahagiaan untukku, akankah ada kehidupan untukku, aku tak sanggup, aku tak mampu melihat ayah di makamkan, melihat tubuh ayah ditimbun tanah, melihat tubuh ayah berbalutkan kain kafan, melihat air mata ibu yang tak hentinya terjatuh. Ya Allah peluklah aku, aku tak mampu hadapi semua ini, jika perlu ambilah nyawaku agar aku tak lagi melihat air mata yang jatuh dari orang-orang yang ku cintai” bathinku sambil bersimpuh di kuburan ayah. 


Sendiri aku hanya ingin sendiri di sini. “Ayah mengapa ayah begitu cepat meninggalkan fano, mengapa ayah meninggalkan fano dan ibu, tak inginkah ayah menggendong cucu dari anak fano, maafkan fano ayah selama ini fano tak pernah berbakti kepada ayah, maafkan fano yang belum mampu bahagiakan ayah, seandainya fano mampu mengulang waktu fano ingin menjadi anak ayah yang baik, fano ingin berbakti kepada ayah, bangun ayah, bangkitlah kembali, peluk fano ayah, rangkul fano ayah, fano tak sanggup menjaga ibu sendiri tanpa ayah, fano tak sanggup hidup di dunia ini tanpa ayah, fano ingat ketika ayah menolong fano yang sedang di pukuli ibu karena fano nakal, fano ingat ketika ayah pertama kalinya membelikan fano mobil-mobilan kesukaan fano, fano ingat ketika ayah mengajari fano main sepeda, ayah fano ingin bersama ayah, lebih baik ayah yang menyaksikan fano meninggal daripada fano yang melihat semua kenyataan ini. Ayah, meskipun fano telah jalankan amanat ayah rasanya fano belum puas melihat senyum ayah, rasanya fano belum puas mendengar nasihat-nasihat ayah. Ayah, fano ingin ayah kembali”. 


Aku sadar, aku hanya berbicara dengan gundukan tanah kuburan ayah. Hingga airin pun datang mengahmpiriku. “ayo pulang fano, ayah sudah pergi, ikhlaskan ayah agar ayah tenang di alam sana”. Akupun beranjak dengan kaki gontai. “ya aku harus ikhlaskan ayah, maafkan aku airin demi amanat ayah telah aku renggut kebahagiaanmu”. “aku ikhlas” dengan senyum airin yang dengan penuh keikhlasan. Sekarang aku harus memulai hidupku kembali, amanat ayah tak hanya sampai dengan ke pernikahan tetapi terlebih lagi kepada bagaimana aku menjalani hidup ini, bagaimana menjadi diri aku yang berguna bagi orang lain, bagaimana menjadi seseorang yang mampu mambahagiakan orang-orang di sekitarku. “terimakasih ayah” gumamku. Aku genggam tangan airin dan aku berjanji tak kan lagi ku buat air matanya terjatuh. Kami pun berlalu dan pergi meninggalkan pemakaman ayah.

http://www.lokerseni.web.id/2013/04/demi-sebuah-amanat-ayah-cerpen-sedih.html

AYAH

Aku benci kepadanya. Bnar-benar benci. Laki-laki paruh baya itu, yang seharusnya amat kucintai, satu-satunya orang yang kumiliki setelah Ibu pergi, malah ku benci mati-matian.

Setiap hari, aku selalu pulang lewat tengah malam. Bagiku, berada dirumah itu bagaikan di Neraka. Satu alasan, karena dirumah ada orang itu.Setiap ia memergokiku pulang larut malam, Ia langsung memarahiku habis-habisan, mengomel panjang lebar. tentang ini lah, itu lah. Yang ia tak tahu, Ucapan panjang lebarnya itu sia-sia. Membuang tenaganya saja, karena toh aku sama sekali tak menghiraukannya, menutup kupingku rapat-rapat, seolah tak ada yang berbicara kepadaku.

Entah apa yang merasuki diriku, hingga aku benar-benar membencinya. Dia Ayahku! Ayah kandungku! tapi apa pantas ia ku panggil Ayah? Dia membuangku dan Ibu, sementara ia menikah lagi dengan wanita lain, yang lebih muda dan cantik daripada Ibu. Lalu tiba-tiba ia kembali lagi dalam kehidupan kami setelah wanita itu pergi meninggalkannya. Apa pantas laki-laki tak bertanggung jawab ini ku panggil ayah?! Kemana saja ia seelama ini?! Aku dan Ibu, bersusah payah hidup melarat di jalanan, tanpa sepeser pun uang. Sebungkus nasi untuk makan pun kami sudah sangat bersyukur.

Ayah macam apa, yang membiarkan anaknya, memeras keringat dibawah terik matahari, membiarkan anaknya bertaruh nyawa di tengah jalanan yang penuh mobil-mobil berseliweran, sementara dirinya enak-enakan. Duduk manis, bersantai di rumah mewah bersama wanita yang tak tahu diri itu tanpa memikirkan sedikitpun kondisiku dan Ibu. Kutanya sekali lagi, apa itu pantas disebut ayah?!

Puncak kebencianku padanya, pada suatu waktu, saat aku mencoba melunakkan hatiku untuk ikut makan malam bersamanya. Ia mengajakku berbicara tentang masa depanku. Bulan depan aku lulus SMA dan melanjutkan ke perguruan tinggi. Dia memaksaku mengambil jurusan Ekonomi manajemen untuk meneruskan bisnisnya. Tapi ia tak pernah tahu, kalau sejak kecil aku ingin sekali menjadi seniman. lantas, aku menolak iddenya dan mengatakan pendapatku untuk mengambil jurusan kesenian. Tapii apa yang ia perbuat?! Malah memarahiku habis-habisan, menghina pendapatku, mencaci impianku sejak kecil itu, mengatakan kalau aku benar-benar sinting dan bodoh bila masuk ke fakultas kesenian.

Kukatakan kepadanya setengah membentak, "Aku sudah besar! Aku bisa menentukan kehidupanku sendiri! Ini hidupku, hakku pribadi untuk menentukan kemana aku akan melangkah selanjutnya! Aku bukan robot yang bisa kau perintah kesana kemari!"

Mendengar aku tetap kekeh pada pendirianku, ia malah mengancam tak mau membiayai kuliahku. Tantangan yang ia beriak pun kujawab dengan aksiku minggat dari rumah.

Hidupku kembali seperti dulu, sendirian. berjuang sendiri demi hidupku, bebas, bebas menggapai semua impianku yang sejak dulu ingin kucapai. sampai akhirnya 2 tahun berlalu. Tiba-tiba, ia datang dan berdiri di depan pintu kost ku.

Penampilan laki-laki itu jauh berbeda dari 2 tahun yang lalu. Matanya cekung karena kurang tidur, badannya kurus dan mulai mengeriput, dan... dimana wajah angkuh nan sombong yang biasa ia tampilkan itu? Hanya ekspresi sendu yang dapat kulihat dari wajahnya saat itu. Tapii rasa kesal dan amarahku masih amat besar terhadapnya. Langsung ku usir dia dari rumahku. ternyata sifat keras kepalanya sama sekali tak berubah. Ia tetap berdiri disana, tak bergeming sedikitpun. Kesalku bertambah, kudorong badannya menjauhi pintu lalu aku pergi menjauh. Ya tuhan, betapa keras kepalanya ayahku ini. Dengan fisik rentanya ia masih mencoba mengejarku. Aku terpaksa mempercepat langkahku, berlari menyebrangi jalan raya yang tepat berada di depan kost-ku.

Yang aku tak tahu, saat itu sebuah mobil box melaju kencang ke arahku. Saat aku menyadarinya, aku hanya pasrah dan tiba-tiba semuanya menjadi gelap.
* * *

Saat aku membuka mata, kukira aku telh terbang menuju alam lain sana, tetapi tidak. Nyatanya aku masih terduduk di pinggir trotoar, sementara warga semakin ramai berkerumun di depanku. Rasa penasaran membuatu bangkit dan melihat apa yang telah terjadi.

Dalam pandanganku, laki-laki itu terkapar, bersimbah darah. Tak terasa air mataku menggenang, bahuku mulai berguncang keras. Entah mengapa tangisku mengalir deras tanpa bisa ditahan. Rasa takut kehilangan menjalari seluruh ragaku. Untuk pertama kalinya, aku menyadari, aku menyayangi Ayahku.
* * *

Pendarahan otak yang dialami ayahku gara-gara kecelakaan itu terlalu parah. Nyawanya tak bisa diselamatkan. Sebagai anak satu-satunya, jelaslah kalau hanya aku yang bisa meneruskan bisnis ayahku ini. 2 hari setelah kematian ayah, aku langsung pergi ke kantor. Mengurus semua keperluan yang kubutuhkan untuk menggantikan ayahku di perusahaan. Aku masuk ke dalam ruangan kerja ayahku untuk membereskan barang-barang peninggalannya. dan aku menemukan sebuah surat lusuh yang menarik perhatian ku dalam laci mejanya. Kubaca surat itu perlahan. Napasku tertahan membaca setiap kalimat dalam surat itu.

......Anakku tersayang.. Langit Ramadhan. Dimana kamu sekarang? Ayah kangen sama kamu. Apa kamu masih ingat sama ayah? Pasti kamu sudah besar sekarang. Maafin ayah, nak. Maafin ayah. Ayah pergi meninggalkanmu dan ibumu. ayah menterlantarkanmu. Maafin ayah. Ayah nggak bisa menemani kamu tumbuh dewasa. Ayah nggak pernah memberimu semangat saat kamu bertanding bola dengan teman-temanmu. Ayah juga nggak pernah menemani kamu bermain, Ayah nggak pernah melakukan apa yang dilakukan seorang ayah kepada anaknya. ayah minta maaf, nak. Ayah benar-benar minta maaf. Meninggalkanmu dan Ibu, adalah kesalahan terbesar yang pernah ayah buat. maafin Ayah...

Bercak tetesan air mata ayah masih tercetak jelas diatas kertas itu. Membuatku menyadari kesalahan terbesarku. Membenci Ayahku, seseorang yang dulu sangat kurindukan kehadirannya. kunantikan kasih sayang serta pelukannya. Kini semua telah terlambat. Aku benar-benar terlambat menyadarinya, bahwa sebenarnya aku sayang ayahku, bahwa sebenarnya aku butuh perhatian dan kasih sayangnya, seperti anak-anak lainnya. Lantas aku mengutuki diriku. Tuhan, mengapa penyesalan selalu datang terlambat?

http://www.lokerseni.web.id/2013/03/ayah-cerpen-remaja-sedih.html